Halaman

Minggu, 28 Februari 2021

Menulislah dengan Hatimu

Pernah mendengar istilah "Apa yang disampaikan dari hati, akan sampai ke hati lagi"? Satu kalimat singkat, namun penuh makna.

Tak hanya menulis. Istilah ini berlaku untuk segala tindakan kita. Dalam setiap perilaku kita.

Dilihat dari segi ilmiah, setiap benda tersusun atas partikel-partikel kecil yang menyusunnya. Setiap partikel tersebut bisa terdiri dari berbagai atom. Langit dan bumi serta apa pun yang terserak di antara keduanya tersusun atas atom-atom. Bahkan dalam butiran debu, bisa terdapat milyaran atom (bisa dibuktikan dengan persamaan jumlah mol).

Sabtu, 27 Februari 2021

Berjuanglah Hingga Akhir

Hari ini adalah hari ke-27 dalam lomba menulis blog PGRI. Tantangannya sederhana. Hanya menulis "setiap hari" di blog selama bulan Februari.

Bagi yang sudah terbiasa menulis, bisa jadi bukan hal yang sulit untuk melaluinya. Tapi, bagi saya sendiri, ini adalah pengalaman pertama menulis setiap hari di blog.

Saya memang senang menulis. Tapi, menulis di berbagai media. Terkadang di media sosial, terkadang di laptop, terkadang di buku catatan. Itu pun baru beberapa kali dalam seminggu.

Jumat, 26 Februari 2021

Mengenal Beberapa Istilah dalam Kepenulisan

Saat ini, informasi bisa kita dapatkan dengan mudah. Tinggal menuliskan kata kunci maka akan muncul berbagai tulisan, video, dll yang berkaitan. Sebagai seorang penulis, tentu ada beberapa istilah yang patut kita ketahui.

Hari ini saya mendapati beberapa istilah unik di akun media sosial LiterasiBangsa. Berikut yang saya dapatkan :

Kamis, 25 Februari 2021

Menulis Fiksi atau Non Fiksi?

Setiap orang memiliki minat dan kecenderungan masing-masing dalam menulis. Ada yang senang menulis fiksi ada juga yang senang menulis non-fiksi. Lalu, apa bedanya?

Apakah Anda senang membaca buku-buku motivasi atau biografi? Jika ya, berarti kamu adalah peminat buku-buku non-fiksi. Jika demikian, bisa jadi tulisan-tulisan yang akan Anda hasilkan pun lebih banyak yang berbau non-fiksi.

Jika Anda lebih senang membaca buku-buku cerita, novel, komik, maka Anda termasuk kelompok pecinta buku-buku fiksi.

Menurut KBBI, fiksi adalah cerita rekaaan, khayalan, tidak berdasarkan kenyataan seperti roman, novel dan sebagainya. Sedangkan non-fiksi adalah yang tidak bersifat fiksi, tetapi berdasarkan fakta dan kenyataan (tentang karya sastra, karangan, dan sebagainya).

Menulis konten non-fiksi biasanya based on data. Harus berdasarkan pada data dan fakta. Sedangkan tulisan fiksi, Anda bisa mengandalkan imajinasi dalam membuatnya.

Untuk menulis karya fiksi, kita bisa menggunakan banyak bahasa kiasan maupun majas. Namun, saat menulis non-fiksi, sebaiknya kita gunakan bahasa denotatif. Menyampaikan secara lugas dan apa adanya.

Karya non fiksi biasanya bersifat informatif. Sementara karya fiksi sifatnya karangan. Umumnya tujuan menulis fiksi adalah untuk menghibur.

Menulis fiksi bisa jadi lebih sulit daripada membuat karya non-fiksi. Jika membuat tulisan non-fiksi bisa cukup dengan outline, maka dalam menulis fiksi (misal novel atau cerpen) selain outline cerita, tentu harus dipikirkan juga berapa banyak tokoh yang akan dimunculkan. Bagaimana watak tiap tokoh. Apa konflik yang akan dihadirkan. Alur dan setting ceritanya harus bagaimana, dan sebagainya.

Dalam menulis fiksi bisa digunakan berbagai sudut pandang. Sudut pandang atau point of view (PoV) ini penting dalam menulis fiksi. Karena PoV menentukan bagaimana sebuah kisah fiksi dituturkan.

 Misalnya sudut pandang penulis sebagai orang pertama. Biasanya naskah menggunakan kata "aku", dan si aku inilah yang bercerita. Dengan menggunakan PoV orang pertama, pembaca diajak untuk merasakan seolah dirinyalah yang menjadi tokoh dalam karya yang kita tulis.

PoV orang ketiga membuat sebuah karya fiksi menjadi lebih adil. Karena penulis tidak memihak pada salah satu tokoh. Sedangkan PoV orang kedua yang menceritakan tentang "kamu", sebaiknya dihindari.

Katakanlah ada tokoh pasien Corona dan seorang dokter. Pada PoV orang pertama, kita bisa menuturkan cerita berdasarkan sudut pandang pasien atau dokter (salah satunya). Sementara pada PoV orang ketiga, kita bisa menceritakan sisi pasien dan dokter. 

Adapun contoh yang menggunakan PoV orang kedua adalah :

Kamu berjalan di bawah terik. Keringatmu mengucur deras sementara perutmu meronta meminta jatah makan. Kamu tak peduli tatapan orang di sekitar. Kamu hanya terus berjalan menembus debu yang bergumul.

Menurut Anda mana yang lebih mudah? Menulis fiksi atau non-fiksi? Atau ... Anda menguasai keduanya?


Semoga bermanfaat.





Ditta Widya Utami, S.Pd.

NPA. 10162000676



Rabu, 24 Februari 2021

Rahasia Cerpen para Juara

Hari ini saya menghabiskan waktu untuk membaca beberapa karya para pemenang Lomba Menulis Cerpen Nasional Batch 2 yang diselenggarakan oleh LiterasiBangsa.

Dari karya para pemenang lomba, saya menemukan beberapa kesamaan. Selain konflik yang unik serta ending tak terduga, karya mereka juga bernas dengan diksi-diksi yang kuat. Beberapa bahkan ada yang mengenalkan bahasa-bahasa daerah atau istilah yang tidak umum sehingga membuat wawasan pembaca bertambah.

Selasa, 23 Februari 2021

Belajar Membaca dan Menulis dari Cendekiawan Terdahulu

Sejak ditetapkan kebijakan bekerja dari rumah, banyak yang mulai mengisi hari-harinya dengan merawat tanaman. Tanaman keladi yang di daerah saya bisa tumbuh liar di kebun karet bahkan sempat menjadi primadona. 

Keladi-keladi liar yang tumbuh di kebun karet samping sekolah pun secara drastis berkurang jumlahnya. Bukan karena mati, tapi karena diambil untuk koleksi pribadi atau dijual demi pundi-pundi rupiah.

Hehe ... Tenang, saya tidak akan membahas tentang bercocok tanam. Tapi, pernahkah Anda mendengar kata Papyrus? Tanaman yang kini bisa menghiasi halaman rumah ini, berasal dari Afrika dan biasanya tumbuh di rawa berair dangkal. Tahukah Anda, bahwa si alang-alang air ini merupakan salah satu bahan tertua untuk membuat kertas.

Senin, 22 Februari 2021

Menulis Itu ... Pilihan

Menulis itu memang pilihan. Mau atau tidak? Hidup selalu tentang pilihan. Atau ... agar lebih aktif, mari kita gunakan kata "memilih". 

Memilih merupakan kata kerja. Terjadi atau tidak, tergantung pada subjeknya. Dengan kata lain, kita-lah yang menentukan apakah sebuah tulisan akan lahir dari tangan kita atau tidak.

Berjumpa dengan beberapa teman baik di dunia nyata maupun maya, membuat saya sadar akan sesuatu. Bahwa menulis itu ... pilihan.

Minggu, 21 Februari 2021

Manfaat Menulis bagi Balita Hingga Lansia

Di era digital yang serba paperless ini, kegiatan menulis lebih banyak dilakukan dengan alat teknologi seperti handphone maupun laptop. Meski demikian, banyak sekali manfaat menulis yang bisa dirasakan mulai dari balita bahkan hingga lansia.

Manfaat Menulis untuk Balita

Kegiatan menulis untuk balita maupun anak usia SD sebaiknya diutamakan menulis dengan tangan (menggunakan pinsil, ballpoint, dsb). Karena bagi mereka, menulis dengan tangan dapat mengasah kemampuan motoriknya. 

Dengan menulis menggunakan tangan, mereka akan belajar memahami konsep dengan baik. Menghubungkan apa yang dilihat, dirasa, didengar dengan huruf-huruf dalam tulisan.

Sabtu, 20 Februari 2021

Bilakah Kiamat Sudah Dekat?

Sebenarnya sudah cukup lama saya ingin menuliskan ini. Sejak satu per satu mendengar kabar para ulama yang berpulang pada-Nya. Ditambah semakin banyaknya bencana alam yang melanda negeri ini. Bahkan dunia pada umumnya.

Bilakah kiamat sudah sangat dekat? Bukankah pertandanya kian hari kian terlihat? Maka tak bisa tidak, saya pun merasa khawatir. Bukan sekedar terkait waktunya yang dirahasiakan. Tapi lebih kepada kesadaran bekal akhirat yang belum patut.

Rasulullah saw pernah bersabda :

“Termasuk tanda-tanda hari kiamat adalah diangkatnya ilmu dan tetapnya kebodohan.“ (HR Bukhari)

Di hadits lain juga disebutkan :

“Sesungguhnya Allah SWT tidak mengangkat ilmu dengan sekali cabutan dari para hamba-Nya, akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Ketika tidak tersisa lagi seorang ulama pun, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.“ (HR Bukhari).

Sedih sekali ketika dalam sebulan mendengar beberapa ulama ada yang wafat. Entah itu diberitakan di televisi atau tidak.

Banjir yang melanda di beberapa daerah pun menambah kepiluan hati. Jika bukan penghujan sempat terjadi gempa, gunung meletus bahkan tsunami, kini saat hujan sering mengguyur deras, jumlah titik daerah yang mengalami banjir malah meningkat.

Di Kabupaten Subang pun, peristiwa banjir tahun ini jauh lebih memprihatinkan daripada tahun-tahun sebelumnya.

Banyak teman yang terdampak. Tapi syukurlah mereka masih selamat. Segala bentuk donasi ukuran tangan pun dilakukan berbagai pihak. Alhamdulillah.

Dilansir dari situs Indonesia Environment & Energy Center (IEC), umur Bumi saat ini diperkirakan mencapai 4,54 miliar tahun. Ini memang usia yang sudah tua. Walau tak setua alam semesta yang diperkirakan mencapai 13 miliar tahun. Tetap saja angka tersebut membuat saya was was.

Sebagaimana makhluk hidup, bumi tak lagi remaja. Mungkin ia sudah di masa tuanya dan siap kembali pada Sang Maha Kuasa kapan pun juga.

Semoga, sebelum itu terjadi, kita dapat memiliki bekal yang cukup untuk menghadap padaNya. Setoreh tulisan ini semoga bermanfaat dan tercatat pula sebagai amal kebaikan. Aamiin.

"Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya," Surah Az-Zalzalah Ayat 1-2.

Mari kita doakan saudara-saudara kita yang tengah/telah tertimpa musibah. Semoga selalu dalam keadaan sehat dan selamat, serta dikuatkan imannya. Alfatihah.





Ditta Widya Utami, S.Pd.

NPA. 10162000676



Jumat, 19 Februari 2021

Merdeka Menulis

Saat masih duduk di bangku kuliah (sekitar 10-11 tahun lalu), saya pernah mengikuti workshop jurnalistik. Kala itu, pematerinya adalah salah satu wartawan senior di salah satu surat kabar ternama. Satu kalimat yang diluncurkan pemateri telah mengubah pandangan saya terhadap pers.

"Saat ini ... tidak ada berita yang 100 persen murni." Begitu kurang lebih kalimat yang disampaikan.

Saya lalu teringat peristiwa Musyawarah Nasional Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) seluruh Indonesia yang diadakan di kampus. Perbedaan pendapat saja diberitakan media telah terjadi baku hantam. Ckck ... saya sampai geleng-geleng kepala. Rupanya benar, tak ada lagi berita yang bisa 100% dipercaya.

Kamis, 18 Februari 2021

Menulis tentang Keseharian yang Berbuah Buku

Saat ingin menulis, terkadang kita (atau mungkin hanya saya?) sibuk memikirkan tema/ide tulisan. Padahal, kita bisa menulis tentang apa pun. Tak melulu harus hal-hal yang serius atau berbau ilmiah. Tulisan tentang keseharian pun bisa kita tuangkan di blog atau media sosial lain.

Jika sering dilakukan, kisah tentang keseharian kita yang terserak tersebut bisa kita kumpulkan. Kita bisa edit atau tambahkan unsur fiksi kemudian menyulapnya menjadi buku. 

Banyak loh buku best seller yang ternyata terinspirasi dari kisah nyata. Laskar Pelangi, Negeri 5 Menara, The Naked Traveler, 9 Summers 10 Autums, 5 cm, I am Sarahza, dan masih banyak lagi buku novel yang based on true story

Rabu, 17 Februari 2021

Asah Keterampilan Menulis dengan Lomba

Tak bisa dipungkiri bahwa mengikuti lomba dapat mengasah keterampilan menulis. Seperti Lomba Blog PGRI ini. Dilaksanakan selama satu bulan. Mengharuskan peserta menulis setiap hari. Melampaui batasnya masing masing.
Setiap lomba tentu memiliki kriteria tersendiri. Tema misalnya. Agar tidak keluar arus, tentu tulisan yang dibuat harus sesuai dengan tema. Melatih otak untuk berpikir, kalimat apakah yang pantas dituangkan.
Setiap penyelenggara tentu sudah menunjuk dewan juri yang ahli di bidangnya. Tak sekedar prestasi, umumnya juri dari lomba karya tulis sudah memiliki jam terbang yang tinggi di dunia kepenulisan.
Dengan demikian, naskah kita akan dinilai oleh ahlinya. Jadi, kita bisa mengukur sebaik apa kualitas tulisan kita.
Pada beberapa jenis lomba, ada yang memberi akses mendownlad karya hasil peserta. Nambah deh wawasan kita. Kita bisa mempelajari bagaimana para jawara lomba menuangkan gagasan/pemikirannya.
Dengan mengikuti lomba, kita dapat belajar me-manage waktu. Sesibuk apa pun, jika sudah bertekad, tulisan kita insya Allah akan tetap lahir. Oleh karena itu, ini menjadi pembiasaan positif bagi kita.
Memperbanyak bacaan dan kosakata. Dengan mengikuti lomba menulis, kita bisa menjadi pribadi-pribadi yang rajin membaca. Untuk tema lomba yang belum dikuasai, tentu kita akan mencari referensi tambahan.
Semakin sering dan banyak kita membaca. Memperbanyak bahan bacaan ibarat menambah suplemen untuk tubuh.
Meningkatkan citra diri. Dengan sering mengikuti lomba, sedikit banyak akan membuat kita naik level. Orang dengan sendirinya akan semakin banyak yang mengenal tulisan kita.
Melatih kesabaran. Namanya juga ikut lomba. Menang-kalah tentu menjadi hal yang biasa. Maka berniatlah untuk melakukan yang terbaik. Dengan demikian, kita tidak akan menyesal.
* * *
Hari ini sungguh luar biasa. Di tengah perjuangan melawan kantuk, saya menulis. Hehe semoga tak ada yang salah tulis.

Di email, Omjay sudah memberitahukan informasi terkait syarat naskah blog diterbitkan gratis oleh YPTD. Saya bahagia sekali. Semoga saya mampu menyelesaikan tantangan ini. Menulis setiap hari di blog selama Bulan Februari 2021.

Jika saatnya tiba, tulisan ini masih patut direvisi. Hehe ...







Ditta Widya Utami


Selasa, 16 Februari 2021

Menulis untuk Peradaban

Menulis telah menjadi salah satu aktivitas manusia sejak berabad-abad silam. Bahkan ribuan tahun lalu. Seperti yang diberitakan harian Kompas.com berjudul "Sejak Kapan Menulis Dilakukan", diyakini bahwa tulisan tertua berusia sekitar 35.000 tahun sebelum masehi.

Lukisan di dinding gua (sumber foto : bobo.grid.id)

Tulisan kala itu masih sederhana. Berupa gambar yang menceritakan kehidupan sehari-hari manusia periode Cro-Magnon (sekitar 50.000-30.000 SM). Dari beberapa gambar yang dilukiskan di gua tersebut, muncul berbagai kisah.

Lain lagi dengan Bangsa Sumeria (3.500-3.000 SM). Mereka menggunakan tulisan untuk tujuan perdagangan. Bentuk tulisan paling awal adalah pictographs atau piktograf (simbol yang mewakili obyek). Berfungsi untuk membantu mengingat apa saja yang dibeli dan apa yang telah dikirim.

Senin, 15 Februari 2021

Tips Berlatih Menulis dengan Ilmu Pantun (Bagian 2)

Halo, Sahabat Ruang Inspirasi!

Postingan ini adalah bagian kedua dari Tips Berlatih Menulis dengan Ilmu Pantun. Bagian 1 bisa kalian baca di sini ya : Tips Berlatih Menulis dengan Ilmu Pantun (Bagian 1)

Sesuai janji, di bagian kedua akan dibahas mengenai hubungan pantun dengan kelemahan artikel pemula. Apa yang saya tulis di sini, disarikan dari materi Mempertajam Tulisan Melalui Latihan Berpantun. Materi tersebut saya dapatkan dari salah satu mentor menulis saya, King Doddi Ahmad Fauji.

Berdasarkan kacamata pria yang ikut membidani lahirnya Yayasan Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat (KPPJB) tersebut, setidaknya ada 5 kelemahan artikel pemula yang sering dijumpa, yaitu :

Minggu, 14 Februari 2021

Tips Berlatih Menulis dengan Ilmu Pantun (Bagian 1)

Sore ini saya mendapat ilmu mempertajam tulisan melalui latihan berpantun dari King Doddi Ahmad Fauji. Materi ini disampaikan beliau saat menjadi narasumber Bimtek Guru Menulis Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah.

"BISA karena biasa!" Begitu beliau memulai narasinya. 

"Bila Anda merasa tak bisa menulis dengan lancar, maka ingat saja ungkapan di atas. Sangat mungkin, itu terjadi karena Anda tidak biasa menulis. Karena itu, di era Gerakan Literasi Sekolah ini, di mana para guru dituntut untuk bisa menulis, maka mari kita membiasakan diri untuk menulis.", lanjutnya.

Sabtu, 13 Februari 2021

Jangan Bangga Akan Masa Lalu

Satu kalimat judul di atas saya dengar dari dua orang yang berbeda dalam waktu dekat ini. Pertama, saya dapatkan dari Masruhan Mufid seorang guru dan youtuber. Beliau berkata bahwa jangan pernah merasa puas dengan prestasi masa lalu, karena bisa jadi prestasi itu hanyalah syarat di masa kini.

Mas Mufid kemudian mencontohkan, kita mungkin pernah berbangga saat bisa mengetik dengan 10 jari di depan komputer. Tapi kini? Sudah lumrah ditemui. 

Pernyataan kedua saya dapatkan dari Anies Baswedan. Hal senada diungkapkan beliau dalam sebuah video singkat yang dikirim via WA oleh salah seorang teman. Gubernur DKI tersebut mengatakan bahwa sekolah jangan pernah berbangga dengan prestasi terdahulu. Kita harus pikirkan masa depan dengan berkaca di masa kini.

Jumat, 12 Februari 2021

Just Flashback : Rekam Jejak Menulisku

Sejak kecil, saya selalu suka dengan cerita fiksi. Dongeng Si Kancil, Timun Mas, Dayang Sumbi, serta cerita-cerita lain pun saya suka. Membaca buku cerita atau majalah anak telah menjadi hobi saya sejak saya bisa membaca.

Sekitar usia 5 SD, saya mulai mengenal buku diary. Lucu-lucu. Covernya juga menarik. Ada yang kartun atau pun barbie. Lalu, saya pun mulai menuliskan kisah hidup saya sehari-hari. Haha. Dengan bahasa anak SD tentunya.

Masuk usia SMP (2002-2005), saya mulai senang menulis cerita. Saya bahkan pernah menulis cerita di buku tulis, kemudian buku itu saya pinjamkan ke teman-teman. Hihi ... Alhamdulillah mereka (teman-teman saya) suka. Di usia ini, saya juga sudah membaca buku-buku seperti 5 Sekawan dan seri Harry Potter. Saya juga masih senang membaca atau membeli komik Detektif Conan.

Kamis, 11 Februari 2021

2 Buku Antologi Mengawali Kiprah di Tahun 2021

Baru-baru ini, 2 buku antologi karya bersama yang saya ikuti telah sampai di tangan. Rasanya senang sekali mengawali tahun ini dengan karya nyata berupa buku. Kedua buku antologi ini dicetak bulan Januari 2021 dan lahir dari kelas menulis yang saya ikuti. Pertama bersama Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat (KPPJB) Regional Subang dan yang kedua hadir dibidani oleh Komunitas Literasi Subang Bihari dan Berwibawa (Lisangbihwa).


Dendang Asa Dalam Untaian Kata

Pertengahan tahun 2020, saya mengikuti kelas menulis pentigraf yang diadakan oleh KPPJB Regional Subang yang diketuai oleh Pak Abas, S.Pd.. Sebetulnya saya sendiri sudah tidak asing dengan pentigraf karena di awal tahun 2020 saya pun mengikuti pelatihan yang sama. Hanya saja, penyelenggaranya langsung dari pusat (KPPJB). Kala itu, hasil pelatihan mengabadikan karya peserta dalam bentuk buku berjudul Sepenggal Kisah di Ruang Cipta Pentigraf.

Rabu, 10 Februari 2021

Apa yang Harus Dilakukan Saat Positif Covid?

Tulisan ini saya buat karena salah satu teman bertanya tentang tindakan apa yang keluarga saya terapkan saat terpapar Covid-19. Sebelumnya saya memang pernah membuat tulisan tentang pengalaman swab PCR (baca di sini), tulisan tentang hasil swab PCR sekaligus info gejala Covid-19 berdasarkan WHO (baca di sini), hikmah terpapar Covid-19 (baca di sini), serta pengalaman rapid antigen pasca isolasi mandiri (baca di sini).

Saat terpapar Covid-19, saya sempat membagikan beberapa postingan tersebut. Kemudian banyak teman-teman maupun saudara yang memberikan berbagai tips agar lekas sembuh. Berikut saya tuliskan saran-sarannya. Meski setiap orang mungkin akan berbeda pengalaman, namun setidaknya ini bisa menjadi pilihan alternatif agar lekas sembuh. Insya Allah.

Selasa, 09 Februari 2021

3 Kejutan dalam Sehari

Hari ini, Fatih (anak saya) tepat berusia 14 bulan. Banyak kejutan yang datang. Mungkin sederhana, tapi sangat berarti bagi saya. Oleh karena itu, saya memilih mengabadikannya dalam bentuk tulisan.

Menjadi blogger saat ini, saya rasa berbeda dengan ketika saya masih menjadi mahasiswa (sekitar 8 atau 9 tahun lalu). Saat itu, saya sedang semangat-semangatnya berbagi. Di media apa pun saya bisa menulis, saya usahakan share ke banyak orang.

Kali ini, justru sebaliknya. Blog yang saya kelola bisa dibilang sudah seperti diary online saya. Hanya saja masih bisa dikonsumsi publik. Mungkin karena itu pula, saya sering tidak menshare tulisan saya. Hanya sesekali bila dirasa artikelnya akan bermanfaat bagi banyak orang.

Senin, 08 Februari 2021

7 Langkah Meresensi ala King DAF

Minggu, 7 Februari 2021. Menjelang sore, King Doddi bertolak ke Subang. Ia berencana bertemu peternak ikan untuk produksi pelet mandiri dengan menggunakan maggot. Dilanjut esok harinya bertemu dengan Kepala SMPN 1 Cisalak beserta para guru, untuk rapat dan membicarakan rencana mendirikan Kampus Adiwiyata Tatakelola Sampah di SMPN 1 Cisalak, sekaligus menjadi kampus residensi pelatihan menulis untuk guru, siswa, pemuda, di SMPN 1 Cisalak, Subang.

     Oleh karena itu, di pertemuan kedua WhatsApp group Teknik Menulis Resensi, King Doddi menyampaikan materi melalui voice note. Setelah menyampaikan poin penting dari setiap langkah, Bu Siska Puspita Dewi dari Jendela Puspita membuka ruang diskusi. Ya, keinginan pemateri memang. Kelas hidup dengan diskusi. Mulai dari bertanya, dan materi pun akan mengalir.

Minggu, 07 Februari 2021

Meresensi dari Kacamata Seorang Sastrawan

Sabtu, 6 Februari 2021 saya mendapat materi pertama tentang teknik menulis resensi. Materi ini saya dapatkan melalui WhatsApp group (WAG) Teknik Menulis Resensi dimana pematerinya adalah Doddi Ahmad Fauzi, pengelola penerbit SituSeni.


Sebetulnya teknik "standar" meresensi yang umum, mudah kita jumpai. Untuk meresensi buku misalnya, cukup menuliskan identitas buku, sinopsis, kelebihan dan kekurangan. Namun, jika pembicaranya adalah King Doddi, tentu akan menjadi hal yang menarik. Latar belakangnya yang seorang wartawan serta pengalaman dalam menerbitkan berbagai karya, tentu akan menyuguhkan makna resensi dari kacamata yang berbeda.


Penulis buku "Menghidupkan Ruh Puisi" ini, pada 2004 pernah membaca puisi dan menjadi pemakalah seminar tentang kondisi sosial-politik Indonesia di Moscow Government University, serta jadi pemateri diskusi proses kreatif di St. Petersburg University, Rusia. Wow!

Sabtu, 06 Februari 2021

Tips Mengelola TBM ala Mr. Bams

"Tak akan pernah ada yang sia-sia bila kita lakukan untuk membahagiakan orang lain. Lakukan saja, lakukan saja." Mr. Bams


Jumat, 5 Februari 2021, pemilik akun penamrbams.id berbagi pengalamannya dalam mendirikan dan mengelola TBM (Taman Bacaan Masyarakat). Hal itu berangkat dari kegemarannya sebagai pendongeng yang dimulai sejak tahun 2004.


Bambang Purwanto, S.Kom. atau yang akrab dipanggil Mr. Bams mendirikan TBM Ayah Salwa (AS) pada 5 Oktober 2011. Kecintaannya pada anak-anak agar senang dan rajin membaca membuat Mr. Bams teguh mengelola TBM AS Lebakwangi.

Jumat, 05 Februari 2021

Be a Public Speaker

Kamis, 4 Februari 2021 adalah hari yang membahagiakan. Selain mendapat hasil negatif dari rapid antigen (baca kisahnya di Keluarga Penyintas Covid-19), saya bisa mengikuti kuliah Public Speaking for Teacher untuk kedua kalinya.


Sebetulnya acara yang diselenggarakan setiap Selasa dan Kamis tersebut sudah memasuki pertemuan kesepuluh. Kegiatan melalui zoom yang dijadwalkan pukul 19.00-21.00 WIB, malam tadi menghadirkan Masruhan Mufid sebagai narasumber.

Kamis, 04 Februari 2021

Keluarga Penyintas Covid

Hari ini, resmi sudah keluarga kami menyandang predikat "Keluarga Penyintas Covid-19". Alhamdulillah.
Sedikit info bahwa yang dimaksud penyintas Covid-19 adalah orang yang pernah terpapar virus corona (positif) namun berhasil sembuh berjuang melawan penyakitnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata penyintas adalah orang yang mampu bertahan hidup. Arti lainnya dari penyintas adalah orang yang dapat bertahan terhadap kondisi yang membahayakan kelangsungan hidup.

Virus corona yang masuk ke dalam tubuh, jika dibiarkan begitu saja memang bisa menimbulkan dampak yang serius bahkan hingga harus kehilangan nyawa. Maka, pantas bila orang yang telah sembuh dari virus ini disebut dengan "penyintas".


Foto bersama keluarga usai menerima hasil rapid tes antigen di Subang. Kamis, 4 Februari 2021 (dokumen pribadi)

Saya dan keluarga pun mengalaminya. 14 hari telah kami lalui sejak swab PCR. Meski kami masih bisa melakukan aktivitas seperti biasa (berolahraga, mencuci, memasak, ikut kegiatan online dsb) namun karena wilayahnya terbatas, terkadang emosi pun tersulut. 

Jenuh tentu saja karena kami hanya bisa beraktivitas di rumah saja (isolasi mandiri). Tapi, kami sadar ini demi kebaikan bersama. Agar kami tak menularkan pada yang lain terutama di 10 hari masa penularan.

Selasa, 3 Februari 2021, kami mendapat info dari saudara kami (A Dindin) yang tergabung dalam satgas covid Kabupaten Subang. Beliau menginformasikan ada rapid tes antigen gratis yang diadakan di Terminal Tipe A Kabupaten Subang.

Masya Allah ... Tentu saja kami senang. Segera enam anggota keluarga yang awalnya dinyatakan positif termasuk Fatih -anak saya- berangkat.

Melakukan rapid tes antigen pasca isolasi mandiri sungguh mendebarkan. Bagaimana jika hasilnya belum berubah? Bagaimana jika kami masih harus isman alias isolasi mandiri? Astaghfirullah.

Hujan yang mengguyur tak mengurungkan niat kami untuk pergi. Syukurlah langit menjadi cerah kembali ketika kami tiba. A Dindin segera menyambut.

Usai melakukan pendaftaran dan mengantri, akhirnya tiba juga giliran keluarga kami yang di tes. Saya sendiri mendapat nomor 19. Wah, sama kaya covid ya ... Covid-19.

Kami sempat mengambil beberapa foto saat menunggu hasil. Ketika salah seorang petugas menyebutkan beberapa nama yang hasilnya sudah keluar, kami memasang telinga baik-baik.

Alhamdulillah seluruh hasilnya negatif. Dengan demikian kami resmi menjadi penyintas Covid-19.

"We are FIGHTER. We are FAMILY. Kami ... Keluarga Penyintas Covid-19."

Rahasia Menulis ala Agus Sampurno

Rabu, 3 Februari 2021 saya menyatakan siap untuk meneruskan paparan materi ke WAG 1-5 di Pelatihan Belajar Menulis bersama PGRI. Dimoderatori oleh Pak Bambang Purwanto atau yang lebih akrab disapa Mr. Bams, kegiatan dimulai pukul 19.00 WIB.


Adalah Agus Sampurno, seorang education specialist sekaligus Ketua Yayasan Pendidikan Sorowako Sulawesi Selatan yang mengisi sebagai narasumber di WAG 17.


Senang rasanya mendapat paparan materi yang begitu ringkas namun padat berisi mengenai dunia menulis. Sebagaimana para penulis ulung, peraih penghargaan blog terbaik dari Deutsche Welle Germany (2014) ini berbagi tips menulis yang dimilikinya. Beberapa bahkan sudah dikategorikan sebagai prinsip menulis.

Rabu, 03 Februari 2021

Menulis : Langkah Kecil Menuju Gupres

"A journey of a thousand miles begins with a single step." Lao Tzu


Demikianlah quote yang disampaikan Ibu Amiroh S.Kom, M.Kom. Beliau menjadi narasumber Public Speaking for Teachers yang diselenggarakan oleh PGRI pada hari Selasa, 2 Februari 2021.


Bu Amiroh mengatakan bahwa "langkah kecil" yang membawanya bisa menjadi guru berprestasi (Gupres) adalah "menulis". Yap. Selain mengajar di SMKN 3 Jombang, beliau aktif menulis di blog pribadinya, amiroh.web.id.

Selasa, 02 Februari 2021

Tips Mencari Ide untuk Menulis

Halo pembaca yang budiman,
Apakah saat ini Anda sedang mencari inspirasi untuk menulis? Atau sekedar membaca untuk menambah wawasan? Well, apa pun jawabannya, semoga postingan ini akan bermanfaat.

Writer's block memang bisa menimpa siapa saja. Penulis pemula bahkan penulis profesional sekali pun mungkin pernah mengalaminya. Tangan terasa kaku. Pikiran terasa jemu dan kosong. Tak ada satu inspirasi pun untuk menulis. Seolah semua kata telah hilang dari kamus kehidupan kita. Tak satu kata pun mampu kita tulis! Aaarrghhh ... rasanya sungguh menyebalkan!

Senin, 01 Februari 2021

Menulis di Blog Jadi Buku, Mengapa Tidak?

30.000. Itulah kira-kira jumlah buku yang terbit dalam setahun di negeri kita. Angka tersebut merupakan hasil riset IKAPI pada tahun 2015. Jumlah ini (sebagaimana dijelaskan dalam situs resminya, ikapi.org) tidak termasuk buku yang diterbitkan oleh individu (self publisher) atau organisasi nonpenerbit seperti instansi pemerintah, organisasi nonpemerintah, komunitas independen, partai politik, dan asosiasi profesi.


Apakah 30.000 judul buku sudah masuk kategori banyak? Hmm, mari kita cek. Berdasarkan data sensus BPS, pada tahun 2015 jumlah penduduk Indonesia adalah 255,18 juta jiwa. Artinya, dari sekitar 8.500 penduduk, hanya 1 orang yang menerbitkan buku. Oh, no!

 

Tentu saja itu adalah gambaran kasar dari jumlah buku yang diterbitkan. Lima tahun sudah berlalu. Data tentu sudah berubah. Namun, meski hasil riset IKAPI hingga saat ini belum dimutakhirkan, gambaran tersebut setidaknya bisa menjadi bahan renungan bagi kita. "Mengapa saya tidak menulis buku?"