Halaman

Senin, 01 Februari 2021

Menulis di Blog Jadi Buku, Mengapa Tidak?

30.000. Itulah kira-kira jumlah buku yang terbit dalam setahun di negeri kita. Angka tersebut merupakan hasil riset IKAPI pada tahun 2015. Jumlah ini (sebagaimana dijelaskan dalam situs resminya, ikapi.org) tidak termasuk buku yang diterbitkan oleh individu (self publisher) atau organisasi nonpenerbit seperti instansi pemerintah, organisasi nonpemerintah, komunitas independen, partai politik, dan asosiasi profesi.


Apakah 30.000 judul buku sudah masuk kategori banyak? Hmm, mari kita cek. Berdasarkan data sensus BPS, pada tahun 2015 jumlah penduduk Indonesia adalah 255,18 juta jiwa. Artinya, dari sekitar 8.500 penduduk, hanya 1 orang yang menerbitkan buku. Oh, no!

 

Tentu saja itu adalah gambaran kasar dari jumlah buku yang diterbitkan. Lima tahun sudah berlalu. Data tentu sudah berubah. Namun, meski hasil riset IKAPI hingga saat ini belum dimutakhirkan, gambaran tersebut setidaknya bisa menjadi bahan renungan bagi kita. "Mengapa saya tidak menulis buku?"


Mudahnya menerbitkan buku

Banyak faktor yang membuat seseorang belum mampu/mau menerbitkan buku. Malu, merasa belum pantas, merasa tidak bisa/tidak berbakat menulis, dll. Hal inilah yang harus kita tepis terlebih dahulu.

 

Dewasa ini, banyak sekali kemudahan dalam menerbitkan buku. Ibarat pepatah, banyak jalan menuju Roma. Maka, dalam menerbitkan buku pun banyak caranya :

1. Melalui penerbit mayor

Bisa menerbitkan buku di penerbit mayor tentu menjadi impian bagi seorang penulis. Kita bisa mengirim naskah, kemudian menunggu hasil seleksi. Jika lolos, naskah kita bisa dibukukan dan didistribusikan dengan modal yang hampir nol. Namun, dalam mengirimkan naskah ke penerbit mayor ada beberapa hal yang harus kita perhatikan misalnya genre buku, tata bahasa, target pasar, dsb.

2. Melalui penerbit indie

Semakin banyaknya program pelatihan menulis, maka penerbit indie pun banyak yang bertumbuh. Jika kita ingin menerbitkan buku dengan proses yang cepat, penerbit indie bisa menjadi pilihan. Dijamin pasti terbit, tapi tetap perhatikan kualitas tulisan ya.

3. Melalui lomba (pemerintah/non)

Saat ini sudah banyak lomba menulis cerpen, puisi, novel dsb yang pada akhirnya hasil karya peserta lomba tersebut dibukukan. Seperti lomba menulis setiap hari di blog yang diadakan oleh  PGRI. Jika sukses menulis setiap hari selama bulan Februari 2021, maka karyanya akan dibukukan oleh Yayasan Pustaka Tamrin Dahlan (YPTD). Menarik, bukan?

4. Melalui pelatihan

Cara lain untuk bisa menerbitkan buku adalah dengan mengikuti pelatihan menulis. Pelatihan menulis yang diadakan dalam beberapa pertemuan biasanya menyediakan jasa coaching hingga peserta mampu menerbitkan buku.

5. Dengan berkolaborasi

Selain menerbitkan buku secara mandiri, tentu kita bisa berkolaborasi dengan orang lain. Hal ini sangat menyenangkan dan meringankan terutama untuk penulis pemula. Buku keroyokan atau antologi bisa menjadi salah satu pilihan dalam menerbitkan buku.

Blog sebagai media menerbitkan buku

Setelah mengetahui berbagai jalan menuju Roma, eh maksudnya menerbitkan buku, tentu kita harus tau media apa yang bisa kita gunakan untuk menulis. Saat ini banyak sekali platform yang bisa kita manfaatkan untuk menulis misalnya Wattpad, Storial, Jotterpad, Penana, Steller, dan masih banyak lagi.

 

Selain berbagai platform menulis online tersebut, kita juga bisa loh memanfaatkan blog sebagai media untuk menulis buku! Sudah banyak blogger ternama yang berhasil menerbitkan buku berdasarkan postingan-postingan yang diambil dari blog pribadinya. Nggak percaya? Tengok deh Omjay (wijayalabs.com), Raditya Dika (sekarang lebih sering di platform YouTube Radityadika.com), Arry Rahmawan (arryrahmawan.net), Trinity (Naked-Traveler.com), Endang Indriani (justtryandtaste.com), dll.

 

"Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi", begitu kata Omjay, salah satu blogger ternama penggagas kelas menulis online melalui WA Group. Yap, tinggal rutin menulis saja di blog. Berbagai postingan dari blog kita, bisa jadi bahan naskah buku. Tinggal dipilih saja berbagai tema yang sesuai. Edit kembali dan taraaa ... siap deh naskah untuk diterbitkan. Mudah, bukan?

 

Menulis di blog sudah seperti mencicil naskah buku. Sedikit demi sedikit, lama lama jadi buku. Wow!

 

Lalu, apa yang sebaiknya kita tuliskan di blog agar bisa menjadi sebuah buku? Jawabannya tergantung pada passion masing-masing. Omjay dan Raditya Dika menuliskan pengalaman hariannya. Arry Rahmawan menuliskan berbagai tips dan trik bisnis. Trinity menuliskan pengalamannya saat menjadi traveler. Endang Indriani menuliskan berbagai resep masakan. Sekarang coba tanyakan, "Apa passion saya dalam menulis?"

 

Seorang blogger sebaiknya memang memiliki tema/topik khusus (niche) untuk blognya. Niche bisa membantu kita untuk fokus menulis pada konten tertentu. Jika konsisten, kita bisa mendapat predikat ahli dalam tema tersebut dan menjadikan blog kita sebagai sumber referensi bagi para pembaca. Psstt ... hal ini juga bisa membuat kita lebih mudah dilirik penerbit loh!

 

Namun, tak perlu khawatir jika Anda belum memiliki niche. Niche bukanlah suatu kewajiban. Blog Anda adalah milik Anda. Apa pun yang ingin Anda tuliskan, bisa dituangkan ke dalam blog. Teruslah menulis hingga Anda temukan passion dan niche Anda. Lalu, ambil langkah untuk mengabadikan tulisan Anda dalam bentuk buku.

 

Well ... sudah siap menulis di blog dan membuat buku dari hasil postingan Anda? Why not?!

 

Yuk, nulis!



 




Ditta Widya Utami, S.Pd.

NPA. 10162000676

Tidak ada komentar:

Posting Komentar