Halaman

Jumat, 09 Juli 2021

Pengalaman Berbagi di Kelas Penulis Surabaya

Kemarin (8/7) ba'da magrib, saya mendapat pesan dari Bunda Lilis Sutikno, Kupang-NTT. Namun saya baru sempat membalas sekitar pukul 20.00 WIB.

Nama lengkap beliau adalah Dra. Lilis Ika Herpianti Sutikno, M.H.. Namun lebih akrab disapa Bunda Lilis Sutikno. 

Saya mengenal beliau karena kami menjadi bagian dari narasumber di kelas menulis PGRI serta di kelas Menulis Bersama Pak Naff.

Percakapan akhirnya dilanjutkan pagi ini. Beliau meminta saya untuk bersedekah mengajar di kelas Penulis Surabaya. Masya Allah .... Tentu saja saya mau!

Beliau lalu memberi saya gambaran terkait Kelas Penulis Surabaya. 

Awalnya, Bunda Lilis pernah mengajar di WAG MBI tentang menulis pasti menjadi buku. Nah salah satu peserta ada yang ikut menulis buku antologi. 

Buku antologi Bunda Lilis dan penggagas Kelas Penulis Surabaya

Peserta tersebut kemudian mengajak teman-temannya untuk belajar menulis di saat pandemi. Sempat dikira hanya main-main, ternyata peserta dan teman-temannya ini serius untuk belajar. 

Alumni peserta WAG MBI tersebut membuat komunitas yang disebut Penulis Surabaya

Tahukah Anda apa yang membuat saya terkejut sekaligus terpukau? Karena peserta dan teman-temannya itu adalah anak-anak yang baru lulus SD!

Luar biasa!!! 

Saya diminta menjadi narasumber untuk anak-anak lulusan SD Labschool Surabaya. Tak hanya itu, kejutan lainnya adalah ... mereka merupakan anak para Dosen Unesa (Universitas Negeri Surabaya)! Wow!

Bunda Lilis meminta saya membahas Mental Penulis. Sebuah tema yang tidak asing bagi saya karena saya pernah berbagi untuk guru-guru dengan tema tersebut.

Tapi, menghadapi anak yang baru masuk SMP dengan para guru tentu akan berbeda. Oleh karena itu, saya cermati kembali materi yang pernah saya sampaikan. 

Saya kemudian memilih yang paling penting dan cocok untuk usia remaja awal. Alhamdulillah, di sela-sela menemani Fatih (anak saya) bermain, saya bisa menyelesaikan mind map-nya.

Kak Nova membantu saya masuk Kelas Penulis Surabaya di WhatsApp. Sedangkan Bu Aam dari Lebak-Banten berperan sebagai moderator dibantu oleh Bunda Lilis.

Pukul 19.32 WIB kelas dimulai. Bunda Lilis mengajak anak-anak untuk mengirim gambar mengangkat tangan sekaligus menulis nama sebagai tanda kehadiran.

Setelah itu, Bunda Lilis meminta Chia (salah satu peserta) untuk memimpin berdoa. Tak lama, sebuah voice note dari Chia meluncur. Kami pun berdoa untuk kelancaran sesi belajar.

Layaknya berada di dalam kelas nyata, Bunda Lilis meminta Talitha (sang penggagas Penulis Surabaya) untuk "menutup pintu kelas".

Dengan sigap, Talitha pun segera menutup pintu sehingga hanya para guru dan KM yang dapat berbicara. 

Usai menyampaikan materi, kelas dibuka untuk sesi diskusi. Di sini saya lontarkan pertanyaan pemantik seperti "Apa yang kalian khawatirkan saat menulis?".

Alhamdulillah ternyata peserta aktif berpendapat. Bahkan untuk satu pertanyaan berikutnya.

Tak lupa, saya pun memberi tugas untuk mereka. Meminta mereka melakukan refleksi atas pembelajaran kali ini melalui tulisan di blog masing-masing.

Jumat kedua di bulan Juli ini teramat membahagiakan. Selain pembekalan Calon Pengajar Praktik yang telah selesai, saya bisa berbagi pula pada anak-anak di Surabaya.

Sungguh ... saya bersyukur memiliki kesempatan untuk berbagi pada mereka.

Alhamdulillah ... Terima kasih Ya Allah.

30 komentar:

  1. Balasan
    1. Iya Pak, betul. Mereka keren-keren 👍🏻👍🏻👍🏻

      Hapus
  2. Luar Biasa Neng Ditta, sudah banyak pengalaman berbagi ilmu menulisnya. Barokallaaah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin aamiin aamiin 🤲🏻
      Alhamdulillah terima kasih Ambu

      Hapus
  3. Tidak akan pernah habis ilmu yang dibagikan. Wah, jadi "nganan" deh dengan Bu Ditta.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Pak D. Semoga selalu bisa berbagi hal-hal baik.

      Ehehe terima kasih Pak D

      Hapus
  4. Barakallah, luar biasa 👍👍👍

    BalasHapus
  5. Balasan
    1. Alhamdulillah Bu Aam. Terima kasih sudah membersamai. Semoga lekas sembuh.

      Hapus
  6. Keren abis! bu Ditta.👍👍👍👍👍

    BalasHapus
  7. Keren, luar biasa Neng Ditta, semangat berbagi pengalaman menulisnya

    BalasHapus
  8. Barakallah
    Pengalaman yg luar biasa. Alhamdulillah, Ibu sudah berkesempatan berbagi ilmu untuk pemuda pemudi harapan bangsa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Bu. Pengalaman yang luar biasa. Alhamdulillah 😊

      Hapus
  9. BUDIT Memang kereeen. Gelarnya bunda belum M.H tapi masih S1, Dra dan S.H dibelakang nama. he he he.... Terima kasih sedekahnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh hehehe, maaf Bun 🙏🏻
      Alhamdulillah alhamdulillah senang sekali bertemu anak-anak yang LUARRR BIAZZZA 🤩👍🏻

      Hapus
  10. Pengalaman berbagi dengan Penulis Surabaya,yang ternyata pesetanya adalah anak yang varu lulus SD. Membuka pikiran saya, ternyata bisa yaaa...

    Berapa jumlah pesettanya Bu saat itu?

    Sehat selalu Bu ditta

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe betul Pak. Makanya saya kaget sekaligus kagum.

      Itu kayaknya temen sekelas yang memang minat dalam menulis. Jadi sekitar 8-10 orang sepertinya.

      Aamiin aamiin ... Sehat selalu juga Pak

      Hapus
  11. Terimakasih Bu Ditta, atas ilmu nya yang Bu Ditta bagikan untuk kami.
    ( Talitha - Penulis Surabaya )

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama sayang. Kalian anak-anak yang hebat. Semoga terus semangat menulis dan berkarya ya ... 😊😊😊

      Hapus
  12. Luar biasa bu Dita. Semoga ilmu yg bu Dita berikan ke anak2 bisa menginspirasi mereka menjadi berani menulis. Sukses selalu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin aamiin aamiin 🤲🏻 terima kasih Bun ...

      Hapus
  13. Luar biasa dirimu, say. Ini jadi ladang pahalamu. Teruslah memberi ilmu yang kau miliki. Terus dan terus. Saya Kangen nulis di bloger ini. Salam sehat selalu ya, Say.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insya Allah siap, Bun. Aamiin aamiin aamiin. Sehat selalu juga Bunda ...

      Hapus
  14. Sangat menginspirasi, Bu Ditta.. banyak ilmu baru yg saya dapatkan di pelatihan menulis kemarin.

    BalasHapus