Halaman

Kamis, 21 Januari 2021

Akhirnya Swab PCR Covid-19 Juga

Awal mula ...
Beberapa hari belakangan ini, kakak ipar yang tinggal serumah mengalami gejala flu. Tapi, yang membuat kami (keluarga) sedikit cemas adalah flu tersebut disertai hilangnya kemampuan indra penciuman (anosmia) dan perasa (kakak ipar saya mengaku hanya bisa merasakan asin di lidah saat makan).

Beberapa orang yang mengalami flu berat juga bisa mengalami anosmia. Namun, pada penderita covid-19 anosmia bisa terjadi tanpa gejala hidung meler. Ya ... SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19 memang bisa menyerang saraf yang berhubungan dengan indra penciuman. 

Saya masih berpikir positif bahwa bisa saja kakak ipar hanya flu berat. Tapi kakak ipar menjawab biasanya jika flu tidak sampai mengalami anosmia. Hmm ....

Rapid Test Antigen
Kemarin, usai mengunjungi kantor penyuluh pertanian dimana kakak ipar saya ditempatkan CPNS, ia memutuskan untuk melakukan rapid tes antigen.

Rapid tes antigen ini berbeda dengan rapid tes yang pernah saya lakukan sebagai syarat untuk bisa mengikuti ujian PPG. Seperti dilansir detikHealth, rapid tes antigen bisa mendeteksi protein nukleokapsid virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. Sementara rapid tes biasa (antibodi) hanya bisa mendeteksi adanya antibodi dalam darah orang yang sebelumnya pernah terinfeksi COVID-19. Antibodi menunjukkan riwayat paparan virus, bukan ada tidaknya infeksi aktif (oleh karena itu hasilnya berupa reaktif/non reaktif, bukan positif/tidak).

Saya langsung lemas ketika mendapat kabar bahwa hasil rapid tes antigen kakak ipar adalah positif. Sepulangnya dari klinik, ia langsung masuk kamar dan tak berhenti menangis. Saya pun sedih, apalagi ingat bahwa kakak ipar sedang mengandung.

Kondisinya yang sedang hamil dan mual, serta lelah pulang pergi untuk persiapan dan pembagian SK CPNS sepertinya membuat imunnya menurun. 

Saya bahkan harus sekuat tenaga menahan tangis saat melihat kakak ipar saya meminta maaf (karena telah terpapar covid). Tidak. Saya tidak boleh menangis karena itu hanya akan membuatnya bertambah sedih. Oleh karena itu saya memilih untuk menyemangatinya. 

Kakak iparku sayang ... ini adalah ketentuan Allah. Bisa jadi, ini adalah salah satu jalan Allah untuk menghindarkan kita dari musibah yang lebih besar. Ini jelas bukan salahmu, bukan salah siapa pun. Hanya takdir yang telah digariskan untuk kita. Jadi, tak perlu menangis dan meminta maaf pada kami. Karena kami sayang padamu.

Swab PCR
Klinik yang memeriksa kakak ipar langsung berkoordinasi dengan pihak satgas kecamatan. Saya masih bersyukur karena Banis (anak kakak ipar yang berusia 2 tahun) menunjukkan hasil nonreaktif saat dites rapid antibodi. Malamnya, Banis langsung diamankan di rumah Abah Ae (kakek dari ibunya).

Hari ini, saya, suami, Fatih (anak saya), nenek, kakak, kakak ipar, serta ayah dan ibu saya menjalani tes PCR (polymerase chain reaction) di puskesmas. Dilansir dari halodoc, tes PCR dilakukan untuk orang dengan kategori berikut :
1. Orang dengan kategori suspek karena ada gejala sesak napas, sakit tenggorokan, batuk, disertai demam 38 derajat Celcius.

2. Orang yang memiliki kontak erat dengan pasien COVID-19.

3. Orang yang terkonfirmasi reaktif berdasarkan hasil rapid test.

4. Orang yang bepergian keluar kota atau luar negeri pada 14 hari terakhir. 

Nah, karena saya termasuk kategori 2, jadi saya pun menjalani tes PCR di puskesmas. Orang-orang dengan kategori 2 bisa melakukan tes Swab PCR gratis di puskesmas.

Sampel untuk PCR diambil dengan mengusap bagian nasofaring. Alatnya seperti Cutton Bud hanya saja lebih panjang. Alat tersebut dimasukkan melalui lubang hidung. Bergantian yang kiri dan kanan. Saya sampai mengeluarkan air mata saat bagian nasofaring diusap-usap agar lendirnya (sampel) menempel.
Agar tidak kaget, sejak kemarin saya sudah memberi tahu Fatih bahwa hari ini ia akan ikut di Swab. Saya hampir meneteskan air mata saat harus menahan Fatih ketika ia di-swab. Fatih menangis. Tentu saja. Meski proses pengambilan sampel sebentar. Tentu Fatih tetap merasakan sakit. Oleh karena itu, saya segera memeluk dan menciumnya saat pengambilan sampel Fatih selesai.

Kini, kami harus melakukan isolasi mandiri hingga hasil swab keluar. Semoga saja hasilnya negatif. Aamiin.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar