Bismillah, Ibu Bapak, berikut lanjutan Q&A Materi Ke-7 KBMN Gelombang Ke-28 tentang Writer's Block.
P11
izin bertanya bun saya Candra dari Jakarta
apa bedanya WB dengan Malas bun karena setahu saya hanya beda tipis antara malas dan WB
A : faktor yang dapat menyebabkan WB lebih banyak daripada malas. Misal, WB bisa terjadi karena terlalu perfeksionis ingin tulisannya sempurna (artinya sebetulnya tidak malas menulis). Sementara dalam KBBI sendiri malas diartikan sebagai tidak mau bekerja atau mengerjakan sesuatu.
P12
Assalamualaikum, Bu Ditta cantik. Perkenalkan Saya Eka Yulia dari Kalteng. Izin bertanya untuk Bu Ditta. Ada pendapat bahwa dampak Writter Block untuk tulisan non fiksi lebih ringan, karena kita bisa jeda lalu cari refensi dan lanjut menulis. Sedangkan untuk tulisan fiksi, dapat mempengaruhi keseluruhan cerita. (Plot hole, karakter tak berkembang, dll) apakah betul demikian?
A : Sepakat. Itulah mengapa penting ketika akan menulis tulisan fiksi (non fiksi juga sih), kita buat kerangka secara keseluruhan terlebih dahulu. Agar, bila ternyata kita terkena WB, kita masih memiliki kerangka tulisan sebagai acuan dan penentu arah kita. Penulis ternama seperti Dee Lestari bahkan menghabiskan waktu yang cukup lama dalam membuat kerangka tulisannya, karena itulah kunci penting dari buku-buku best sellernya.
P13
Saya Evrid Mangung. Peserta KBMN dari NTT
Jika WB dilihat sebagai virus maka dalam pemahaman saya perlu dimasukkan “bakteri khusus” yang dimasukkan ke dalam tubuh agar kebal terhadap penyakit WB. Apakah ada vaksin khusus yang hanya diberikan cukup satu kali ke dalam tubuh pikiran agar imun terhadap WB?
A : WB (berdasarkan pengalaman) bisa datang berulang dengan penyebab yang berbeda. Oleh karena itu, vaksinnya pun akan berbeda (tak cukup 1). Tapi bila ditanya apa yang paling ampuh, maka niat dan tekad menulis yang patut diperhitungkan.
P14
Assalamualaikum bu
Bagaimana agar kita bisa segera mengatasi writer's block?
Bagaimana agar kita bisa lebih pede sehingga semangat menulis makin menggebu tdk minder menulis.
Mksh
Sri Rejeki _Yogyakarta
A: wa 'alaikum salam.
1. Kenali penyebabnya
2. Sering-sering menulis dengan teknik free writing, sering berbagi tulisan (bisa dimulai dari orang orang terdekat lalu luaskan lagi jangkauannya).
P15
assalamualaikum Ibu Ditta, perkenalkan saya Sri Rahayu dari Klaten, iji bertanya
terkait dengan dengan penyebab WB yaitu perfeksionis masih menjadi masalah saya sampai hari ini. berualng kali saya melakukan cek and recek terhadap naskah yang saya tulis seringkali merasa ada yang kurang. bagaimana resp dari ibu Ditta meyakinkan diri untuk agar keraguan kita semakin berkurang bilamana mau mempublikasikan karya2 kita, terima kasih.
A: wa 'alaikum salam Bu,
Dalam dunia kepenulisan, proses editing bisa jadi memakan waktu yang sangat lama. Itulah mengapa bila kita ingin tulisan benar-benar selesai, letakkan proses editing di luar waktu menulis kita. Cobalah untuk bertahan agar tidak mengedit sebelum tulisan benar-benar sudah selesai. Memulainya memang tak mudah, saya pun pernah mengalami. Tapi, percayalah, ketika kita terus menulis hingga tuntas lalu melakukan proses edit kemudian, hasilnya akan lebih baik daripada tulis-edit-tulis-edit yang bisa berujung pada karya yang tak muncul.-muncul.
P16
Assalamualaikum Bu
Sy Sri Mulyati dr Cirebon....sebagai penulis pemula banyak sekali yang di pikirkan ketika mau menulis.. bagaimana kiat2 agar pertanyaan yg td d tanyakan ibu kepada kita tdk trjadi ...Nah, jadi siapa di sini yang masih khawatir tulisannya tidak dibaca? Khawatir dinyinyir orang? Khawatir dikritik ahli? Khawatir tulisannya nggak bagus? Dan masiiih banyak kekhawatiran lainnya...
A: Wa 'alaikum salam
Wah, saya sekarang sedang di Cirebon nih Bu. Sedang di rumah mertua 😊
Hmm, coba dimulai dengan membuat tulisan untuk diri sendiri terlebih dahulu, Bu. Atau coba ikut menulis buku antologi, karena biasanya tulisan kita akan dicek oleh editor dan mendapat saran bila ada yang harus diperbaiki. Semangat menambah jam terbang dalam menulis. Insya Allah kekhawatiran itu akan mulai terkikis seiring makin banyaknya tulisan yang kita buat (entah itu untuk diri sendiri, atau dibuat untuk orang lain).
P17
Saya Wahyu dari Semarang , bukan bertanya tetapi minta contoh 1 atau 2 kalimat pembuka untuk menulis diary 🙏
A: Silakan Bapak bisa mendapatkan contohnya dari tulisan-tulisan saya di blog ini. Karena banyak tulisan saya di blog ini yang sebenarnya merupakan diary online saya 😁 yang jelas, karena diary, maka biasanya akan saya sertakan waktu atau setting kejadian yang akan saya tuangkan. Mirip unsur unsur cerpen.
Karena saya orangnya simpel, jadi ya kadang hanya menuliskan "Sabtu, 11 Januari 2000. Hari ini saya ..." (Menuliskan waktu kejadian)
Atau kalau ingin nyastra dikit, saya juga pernah menuliskan "Ternyata menyulam hati pascalokakarya 7 itu gagal. Buktinya tak hanya hati, bahkan wajah saya pun kini banjir air mata." (mengungkapkan perasaan terlebih dahulu)
P18
Assalamualaikum
Rinrin Siti Maemunah _Bandung Barat
Jika saya membuat program menulis di blog buat murid murid saya apa boleh ?isinya tentang kesimpulan atau refleksi pembelajaran setiap hari
A: wa 'alaikum salam
Boleh dong Bu ... Disertasi Omjay juga kalau tidak salah tentang anak anak yang menulis di blog. Bu Rita dari Bali yang pernah dapat Apresiasi GTK Kemdikbud juga seingat saya praktik baiknya berkaitan dengan hal tersebut. Pak Dail juga sudah pernah berbagi terkait blog yang dijadikan media pembelajaran. Ayo semangat Buuu ....
P19
Assalamu'alaikum Bunda...
Saya Afida dari Sampang
Izin bertanya Bun,,,
Bagaimana mengatasi WB yg perfectionist Bun,,,
Saya tuh terbiasa selalu perfect di sekolah, di saat menuliskan materi, buat undangan, ngerjakan laporan,,,
Sampai-sampai menulis must be perfect..
Jadi gak PD kalau tidak perfect...
Mohon solusi dan semangatnya Bun...
Terimakasih 🙏🙏🙏
Wassalamu'alaikum
A: Wa 'alaikum salam Bun ...
Pasti sulit ya, mengubah kebiasaan tersebut? Terlebih bila ada faktor yang membuat kita menjadi demikian (misal saat kecil selalu dituntut untuk sempurna).
Sulit bukan berarti tidak mungkin untuk dilakukan. Buku "Free Writing: Mengejar Kebahagiaan dengan Menulis" karya Hernowo Hasim mungkin bisa membantu Bunda dalam mengatasi WB akibat terbiasa perfeksionis. Semoga membantu.
P20
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Nurkhotijah dr Wonosobo
Beberapa kali ketika saya menulis mengalami yg dikatakan writers Block.
Cara mengasah tulisan saya yaitu ikut dibeberapa buku antologi ,menulis yang saya suka dan saya kuasai penerapan mantra omjay
Namun setiap penulisan saya tak pernah bisa finishing sekali duduk, paling bisa hanya beberapa paragraf yg belum selesai
Paling kl sudah ditagih/deadline baru bisa menyelesaikan
Gimana cara mengatasinya agar jangan jadi penyakit permanen??
A: wa 'alaikum salam warahmatullahi wa barakatuh
Wah, luar biasa Bunda, selalu semangat mengasah tulisan.
Tak apa bila saat ini masih belum bisa membuat tulisan dalam sekali duduk. Karena selain free writing, menulis baik itu fiksi maupun non-fiksi memang bisa membutuhkan waktu yang tak sebentar. Terlebih bila harus based on data.
Novel Leak Tegal Sirah bahkan ditulis dalam waktu 19 tahun dan dirampungkan selama 9 bulan.
Sepertinya tinggal dibuat jadwal saja agar bisa lebih efisien, Bun.
P21
Helny Untu.
Bisakah kita menulis cerita/novel lebih dari satu judul dalam waktu bersamaan? Novelnya dibuat tamat bersamaan.
Jika mengalami BW sebaiknya apa yang dilakukan?
A: salah satu ciri terkena WB adalah sulit untuk fokus. Tapi sebetulnya, kita lah yang paling mengenal diri kita sendiri. Selama kita bisa tetap fokus dan konsisten menulis keduanya (misal pagi nulis novel A, malam novel B), why not?
Nah jika kemudian mengalami WB, tinggal tentukan prioritas dan selesaikan yang lebih penting dan mendesak.
P22
Assalamu'alikum wr wb.
Saya Yamin dari Lombok Timur.
Ada stress yang sifatnya permanen atau membutuhkan waktu yang lama untuk reda. Hal ini bisa disebabkan oleh konflik dalam keluarga yang berkepanjangan atau bisa juga dipicu oleh situasi di dunia kerja yang tidak kondusif. Stress permanen ini secara lamgsung juga dapat mengakibatkan bercokolnya writer's block dalam jangka waktu lama.
Bagaimana cara mengatasinya?
Terima ksih
wassalamu’alaikum
A: wa 'alaikum salam
Atasi dengan menulis Bun. Buatlah tulisan ekspresif. Tuangkan segala emosi Bunda. Ini pernah saya coba ke anak didik saya. Mereka selalu tampak tidak akur satu sama lain. Setelah saya tanya-tanya, memang sudah terlalu banyak konflik yang terjadi. Lantas, saya meminta mereka untuk menuliskan segala sesuatunya di selembar kertas. Bahkan, jika ada makian, hinaan, dsb saya minta mereka menuliskannya. Tentu, kertas tersebut tidak boleh diberikan atau dibaca oleh yg lain. Setelah selesai, saya minta mereka untuk membakar bersama luapan kekesalan yang sudah mereka tuangkan. Ketika saya melakukan refleksi bersama anak-anak, ternyata banyak di antara mereka yang mengaku merasa lebih baik. Setelah itu, lambat laun kelas kami menjadi semakin lebih baik.
Terkadang, kita memang sulit mengungkapkan perasaan kita. Padahal, mengenali dan mengungkapkan perasaan erat kaitannya dengan kecerdasan emosional.
Jadi saran saya, tuliskan (apa pun yang berkaitan dengan konflik atau stres Bunda) lalu lupakan (misal kalau saya dan murid dengan cara membakar, karena kalau hal seperti itu disimpan, bisa jadi suatu saat akan terbaca kembali dan berubah menjadi blm waktu).