Halaman

Jumat, 23 April 2021

Q&A Pelatihan Belajar Menulis Gelombang 18

Q&A Pelatihan Belajar Menulis Gelombang ke-18

Jumat, 23 April 2021

Pertemuan Ke-9

 


Tema : Mental dan Naluri Penulis

Narasumber : Ditta Widya Utami, S.Pd.Gr.

Moderator : Aam Nurhasanah, S.Pd.

 

Q1 : Syafrina_Padang

Assalamualaikum...

Bu Aam...Bu Ditta..

Saya Syafrina dari Padang..

Ingin  bertanya...

Siapapun kita, dimanapun kita tentu ingin menjadi alive..untuk menuju ke sana tentu tidak mudah dan melalui proses yang bertahap.. Bagi saya yang mengganggu mental saya adalah ketika andai  tulisan saya tidak berkenan di sanubari seseorang atau kelompok  orang...apalagi jika harus berurusan dengan hukum. Bagaimana cara mengatur tulisan agar kita tidak terseret hukum? Misalnya tulisan yang mengkritik tapi dikemas indah...

Terimakasih

A1 : Ditta

Terima kasih Bu Aam

Wa 'alaikum salam

Bu Syafrina

Di negara kita ini memang bisa dibilang orang-orangnya masih antikritik. Belum siap dikritik, tapi senang mengkritik. Agar tidak berurusan dengan hukum, hindari hal-hal terkait SARA. (Tambahan : Hindari plagiat/sekedar copy paste tanpa mencantumkan sumbernya. Pelajari tata cara mengutip tulisan orang lain sesuai aturan yang berlaku).

Jika ingin mengkritik salah satu yang aman adalah melalui kolom media massa, misalnya surat pembaca. Jika ingin mengkritik namun dikemas indah, salah satunya gunakan konotasi. Majas, pantun atau puisi. Melalui kisah pun kita bisa mengkritik. Jika masih khawatir, sebaiknya jangan langsung sebutkan nama/badan yang kita kritik.

 

Q2 : Anita_Bekasi

Assalamu'alaikum

Bu Aam dan bu Ditta,

Mau minta sarannya dong, bagaimana mengatasi supaya tidak mudah down dalam menulis. Misalnya, sudah pede mau mempublikasikan tulisan, setelahnya tidak ada yang memberi komentar. Atau terlambat mengirim resume, bisa langsung down, kecil hati, gak mau terpacu lagi. Yg ada dipikiran selalu : yg penting nulis, terserah mau dilirik apa gak? ☺️

Terima kasih

A2 : Ditta

Wa 'alaikum salam

Saran saya upgrade niat/target menulisnya. Membuat resume di pelatihan ini kan tidak dibatasi waktu. Itulah enaknya pelatihan ini. Artinya, jika belum sempat menulis hari ini, kita masih bisa menulis resume esok atau lusa. Meski baiknya di hari yang sama agar materinya masih hangat di kepala.

Agar tidak cepat down, buat target yang lebih besar. Misal jika mulanya hanya ingin membuat resume, upgrade jadi membuat buku dari resume. Maka, meski telat, insya Allah kita akan tetap semangat membuat resume karena punya target yang lebih besar.

Semakin detail tujuan/target semakin bagus. Catumkan saja kapan buku resume akan dicetak, penerbit mana, berapa halaman, dsb. Insya Allah memotivasi untuk selalu menulis.

Oh iya tidak ada komentar bukan berarti tidak dibaca orang ya Bu. Saya pun kalau speechless kadang tidak bisa berkomentar. Tapi dalam hati berterima kasih pada penulisnya. So semangat sebar link tulisan.

 

Q3 : Weni Elisa_Sijunjung

Assalamualaikum bu Aam dan bu Ditta..

Sungguh materi yang luar biasa...

Saya Weni Elisa dari Sijunjung

yang ingin saya tanyakan 1.Bagaimana cara mengenali kelemahan dan kekuatan kita dalam menulis?? Jujur saya masih bingung tipe penulis seperti apa saya? dan bagaimana gaya menulis saya.

2. Bagaimana mengelola rasa takut mgkn salh satu mental.block yg harus saya enyahkan karena ada teman yg " mencemooh" saya yg lagi bljar nulis ini.

Terimakasih bu Aam dan Bu Ditta.

A3 : Ditta

Wa 'alaikum salam

Bu Weni yang baik hatinya,

1. Sungguh tidak ada yang mengenali diri kita sebaik kita sendiri. Orang memang bisa menilai kita, tapi seperti apa kita sesungguhnya hanya kita yang tahu. Namun ada pepatah mengatakan, bahwa jika kamu ingin tahu siapa dirimu, bertanyalah pada sahabtmu. Karena ia akan mengungkapkan kelebihan dan kekuranganmu tanpa melebihkan atau menguranginya.

Jadi, jika belum bisa mengenali kelemahan dan kekuatan dalam menulis, ibu bisa meminta bantuan sahabat ibu untuk mengomentari. Atau, tanyakan pada ahlinya. Bu Aam misalnya.

Gaya menulis sedikit banyak dipengaruhi dari minat kita dalam membaca. Jadi seperti apa yang ibu baca, itulah yang biasanya membawa ibu pada gaya menulis tertentu. Misal orang yang senang sastra, dalam tulisannya gaya bahasanya pasti menggunakan diksi diksi indah.

2. Jawabannya ada di foto terakhir yang saya share ya. Semoga suatu saat bisa saya gali lebih dalam. Salah satu mengelola ras a takut adalah dengan mengenali apa yang kita takutkan. Bu Weni sudah bagus telah mengenali apa yang ibu takutkan.

Mungkin prinsip ini bisa membantu :

Kita tak kan pernah bisa membahagiakan seluruh penduduk bumi. Tapi pasti, akan ada yang merasakan manfaat dari apa yang kita lakukan/tulis. Maka, walau pun ia hanya seorang, berbahagialah. Karena kita masih bisa menebar manfaat padanya.

Gelap itu ada karena ketiadaan cahaya. Maka, fokuslah pada titik terang, bukan titik gelapnya.

 

Q4 : Eka Wiyati_Lampung

Assalamualaikum.

Perkenalkan bu Ditta yang hebat, imut nan cantik. Saya Eka Wiyati dari Lampung.

Materi yang keren dan mencambuk, berasa malu semalu-malunya. Maaf  saya sudah lama memasuki dunia literasi, bahkan maaf sudah punya buku solo dan benerapa antologi. Namun sampai saat ini saya masih terus mengikuti kelas menulis, untuk memantapkan diri saya ini masuk tipe apa.

Persoalannya secara hati saya cenderung menulis non fiksi karena lebih sesuai dengan tupoksi sebagai guru. Namun hati ini selalu bercabang tidak bisa meninggalkan fiksi. Pertanyaannya langkah apa yang bisa saya lakukan agar mampu memantapkan diri, menemukan tipe apa saya sebenernya di dunia literasi.

Selanjutnya selamat bu Ditta yang telah mampu menembus penerbit mayor. Kalau boleh bagi tipsnya dong.

Terimakasih

Wassalamualaikum

A5 : Ditta

Wa 'alaikum salam

Salam kenal juga Bu Eka yang luar biazzaaa

Hihih bisa dibilang saya ini kebalikan dari Ibu. Lebih senang fiksi daripada menulis non-fiksi. Namun, sebagai seorang guru saya pun tentu harus belajar menulis karya non-fiksi. Membuat best Practice dan PTK misalnya.

Kemantapan diri menurut saya berhubungan dengan kemantapan hati. Hati kecil tak pernah berdusta. Langkahnya menurut saya ikuti kata hati, apa yang paling ibu senangi. Karena, saat kita memilih apa yang kita senangi dan kuasai, seberat apa pun rintangan yang akan menghadang, pasti tetap akan kita lalui dan bukannya menyerah.

Buku saya yang lolos penerbit mayor adalah buku non-fiksi berjudul Menyongsong Era Baru Pendidikan. Ini buku yang saya tulis bersama Prof. Eko dalam challenge menulis buku dalam waktu satu Minggu.

Untuk bisa tembus penerbit mayor, beberapa tips antara lain usahakan tema menarik, penulisan sudah sesuai PUEBI, sesuaikan dengan kebutuhan penerbit dsb (akan dibahas lebih lanjut oleh narsum dari Penerbit Andi, insya Allah. So, tetap ikuti kelas ini ya)

 

Q5 : Syamsul Badri

Assalamualaikum Bu Ditta, saya Syamsul Badri, mau tanya bagaimana cara membongkar mental penulis agar berani menulis idenya dan apa saja mental yg harus dimiliki seorang penulis?TerimakasihπŸ™πŸ™πŸ™

A5 : Ditta

Wa 'alaikum salam

Jawabannya ada dalam video di blog ini ya Pak

https://dittawidyautami.blogspot.com/2021/01/menjadi-narasumber-di-wag-17-pelatihan.html?m=1

Silakan disimak. Atau boleh cari dari resume peserta Gel.17 πŸ˜„πŸ™πŸ»

 

Q6 : Hasanah_Sukabumi

Saya bu Hasanah dari Sukabumi Neng.

Neng bertanya ya

Bagaimana cara melatih agar mental dan naluri menulis itu selalu alive?

Terimakasih atas jawsbannya. 

A6 : Ditta

Teknik menulis akan membaik jika kita sering berlatih menulis. Mental penulis akan terbentuk ketika kita terus melatih diri mempublikasikan tulisan kita untuk dibaca oleh orang lain.

 

Q7 : Maesaroh_Lebak

Assalamualaikum, saya Maesaroh dari Lebak.

Ingin bertanya terkait naluri menulis. Terkadang hati sudah niat untuk menulis  namun disela-sela pikiran terasa terbentur dengan kesibukan. Yang ingin saya tanyakan adakah tehnik husus dalam menulis, agar terasa enjoy dan menulis tidak seperti beban?

TerimakasihπŸ™πŸΌ

A7 : Ditta

Wa 'alaikum salam Bu Maesaroh.

Nah untuk Bapak/Ibu yang sibuk, tapi masih ingin menulis, saran saya selalu bawa catatan atau alat untuk mencatat sesuai kenyamanan bapak/ibu. Ide bisa datang dari mana saja toh? Seperti Omjay yang bahkan sedang antri pun masih bisa membuat tulisan.

Kalau kita membawa catatan, setiap ada ide, minimal tuliskan garis garis besarnya. Pikiran pokok yang akan kita tuangkan. Bisa di buku catatan, hp, atau laptop (sesuai nyamannya bapak/ibu). Bisa juga dengan merekam suara bapak dan ibu. Yang penting, pokok atau ide idenya dituangkan dulu. Kalau sudah ada ide pokoknya, maka di waktu luang bisa kita kembangkan menjadi tulisan.

 

Q8 : Elok Dewi_Padang

Saya Elok Dewi dari Padang. Saya mau menanyakan.  1.Bagaimana tulisan yang sederhana dari keseharian kita  yang kita tulis menjadi indah. Kwjadian biasa tapi pas ditulis jadi luar biasa seperti Om jay yang menulis keseharian tapi jadi indah. Selain berlatih menulis apa ada tips lainnya

2. Bagaimana trik membuat judul yang menarik

A8 : Ditta

1.  Selain berlatih menulis, tips lain membuat tulisan keseharian menjadi indah adalah dengan menggunakan diksi-diksi yang indah. Bisa dilatih dengan banyak membaca puisi misalnya, atau rajin mencari sinonim kata. Kemudian bisa juga dengan menggunakan majas.

Aku melihatnya menangis. (Kalimat 1, konvensional)

Aku melihat sebutir air lolos dari matanya. (Kalimat 2, menggunakan majas)

Menurut Anda, mana yang lebih indah?

2.      Untuk menjawab pertanyaan ini, saya ambil dari materi yang pernah saya dapatkan dari Pak Agus Sampurno. Silakan baca pada link berikut : https://dittawidyautami.blogspot.com/2021/02/rahasia-menulis-ala-agus-sampurno.html

 

Q9 : Leni_Jakarta

Selamat siang bu Aam yang baik hati πŸ™

Selamat siang ibu Dita yang belia nan menginspirasi saya dan senior lainnya😁 terimakasih sebelumnya sudah berbagi tentang mental seorang penulis.

Saya ibu Leni dari Jakarta

Instansi : SPK Saint Peter School

Mohon izin bertanya bagaimana menjaga mental agar stabil saat menulis terlebih dengan tugas deadline disekolh juga tugas anak sendiri yg terkadang agak menggoncang mental?πŸ™

Terimakasih ibu aam dan bu dita πŸ™

A9 : Ditta

Terima kasih atas pertanyaannya Bu Leni

Saran saya, buat skala prioritas dan buat jadwal harian/mingguan untuk menulis. Saran lainnya adalah dengan menuliskan apa yang menjadi tugas kita di sekolah dan tugas sebagai seorang ibu. Dengan demikian, tugas sekolah maupun sebagai orang tua terlaksana, dan kegiatan menulis pun tetap berjalan. Pilihan apakah akan dipublish atau tidak (karena bisa jadi privasi), dikembalikan kepada Ibu.

Kalau saya, saat ini masih menulis keseharian di blog. Hanya tidak saya share linknya (blog sebagai diary pribadi yang mengabadikan keseharian saya bersama buah hati. Kelak, semoga anak saya yang sekarang masih 16 bulan bisa membaca tulisan saya. Ini adalah catatan sejarah saya untuknya di masa yang akan datang).

Sementara beberapa tulisan lainnya yang bersifat umum sering saya share. Demikian, semoga membantu. Sebagai tambahan, dalam ilmu psikologi, menulis bisa menjadi terapi kesehatan mental Bu, silakan baca selengkapnya di sini : https://dittawidyautami.blogspot.com/2021/02/manfaat-menulis-bagi-balita-hingga.html

 

Q10 : Reni_Bantaeng, Sulsel

Nama saya Reni dari Bantaeng Sulawesi Selatan. Kalau dilihat dari kategorisasi penulis yang telah disampaikan, saya merasa bahwa saya berada di tipe kedua (dead man). Nah, bagaimana caranya saya bisa sembuh, Bu? Padahal saya sudah sering ikut kelas belajar menulis bersama para ahli, tetapi semangat untuk mempublikasikan tulisan saya masih naik turun.

Mohon pencerahannya, Bu. Terima kasih...πŸ™πŸ™πŸ™

A10 : Ditta

Wah, selamat Bu Reni! Kalau Anda di Tipe Kedua alias Dead Man, artinya Anda sudah punya “tabungan tulisan”. Bagaimana caranya agar bisa sembuh dan memiliki mental yang kuat? Mulailah publikasikan tulisan Anda satu per satu di blog (atau boleh juga dibuat buku).

Boleh secara bertahap. Misal hanya posting (tanpa share). Kemudian posting dan share ke keluarga, sahabat terdekat. Minta masukan mereka, menulis dan publish lagi. Terus seperti itu hingga lama-lama mental penulisnya semakin kuat dan cakupan publish tulisannya juga semakin luas.

Semua akan butuh proses. Bersabarlah. Karena apa yang didapat secara instan, biasanya hilangnya juga instan. Jika mau bersabar menjalani proses, niscaya hasilnya akan melekat lama. SEMANGAT!

 

Q11 : Soleh Setiyowati_Banyumas

Assalamualaikum...

Bu Aam, tlg tanyakan ke bu Ditta ya. Bagaimana cara agar selalu konsisten dalam menulis sehingga bisa menghasilkan karya yang hebat? Saya ibu Soleh Setiyowati, Banyumas..

A11 : Ditta

Wa 'alaikum salam,

Bu Soleh yang luar biasa. Konsistensi tiap orang bisa berbeda. Maka perlakuannya pun akan berbeda.

Bagi penyuka tantangan misalnya, maka menjaga konsistensi menulis bisa dengan ikut berbagai challenge menulis. Seperti di Gurusiana, Lagerunal, ada tantangan menulis setiap hari. Nah itu bisa diikuti.

Bagi yang kurang menyukai tantangan, maka untuk bisa konsisten banyak caranya. Misal dengan membuat target menulis.

Bisa 1 Minggu 3 tulisan. 1 tulisan setiap hari, dsb. Bisa juga bertema. Misal bulan ini tema bunga. Maka dalam sebulan ibu bisa membuat tulisan ttg bunga.

 

Q12 : Agoestiani_Jakarta

Assalamualaikum bu Aam cantik yang selalu tersenyum. Saya mau appreciate bu Ditta aja ya.

Assalamualaikum bu Ditta. Thanks atas sharing ilmunya. Wah keren bu Ditta selain cantik, cerdas juga bisa memetik gitar dan bersenandung. Selain itu selalu membust question(er) terlebih dahulu sblm presentasi. Yup questioner mmg diperlukan agar kita tahu what and how to do. Karena setiap audience ug dihadapi memiliki kemampuan dsn karakater berbeda. Dengan adanya angket terlebih dahulu bisa mengeneralize presentasi agar bisa diterima/masuk disemua kalangan. Salut deh dngn bu cantik yg bkn hny mahir menulis tapi juga penguasaan teknologi it dan memanfaatkannya dngn tepat guna. The milenial's PGRI. Salah satu aset penggersk/pelita bangsa bgt juga dngn bu Aam πŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ™πŸ™πŸ™πŸ’ͺπŸ’ͺπŸ’ͺ❤️❤️❤️

A12 : Ditta

Wa ‘alaikum salam

Alhamdulillah, terima kasih atas apresiasinya, Bu. Ini bisa jadi pengingat saya untuk terus berkarya dan menebar manfaat. Sukses selalu untuk Ibu dan kita semua. Aamiin.

11 komentar:

  1. Balasan
    1. Terima kasih kembali Bu Syafrina πŸ˜ŠπŸ™πŸ»

      Hapus
  2. Terimakasih ibu ditta atas sharing ilmunya hari ini..sukses terus buat ibu..semoha kami bisa mengikuti jejak bu ditta..πŸ˜ŠπŸ™πŸ™

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin aamiin aamiin 🀲🏻 Terima kasih kembali Bu Weni atas pertanyaannya. Dari diskusi ini kita bisa belajar bersama 😊

      Hapus
  3. Terimakasih atas ilmu nya bu, barakallahufiililmii.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin ... Terima kasih Bu Ketua πŸ˜ŠπŸ™πŸ»

      Hapus
  4. Terima kasih, Neng Ditta. Saya akan terus berusaha dan bersabar menjalani proses ini. Mohon dukungan dan doanya yah, Neng!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siap πŸ‘πŸ» Semangattt Bu! πŸ€©πŸ‘πŸ»πŸ‘πŸ»πŸ‘πŸ»

      Hapus
  5. Terima kasih kembali, Omjay πŸ˜ŠπŸ™πŸ»

    BalasHapus
  6. Narasumber luar biasa masih muda dengan segudang prestasi, insyaallah doakan sy berada di tipe Alive, berusaha dan mencoba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah. Aamiin aamiin aamiin 🀲🏻 mari kita sama sama berjuang, Bu πŸ€©πŸ‘πŸ»πŸ‘πŸ»πŸ‘πŸ»

      Hapus