Halaman

Selasa, 23 Maret 2021

Mobil dan Fatih

Sejak mendapat hadiah mobil-mobilan dari kakeknya, Fatih memang lebih senang mendorong mobil daripada menaikinya.

Belakangan ini malah Fatih lebih senang membawa mobilnya keluar. Hebatnya ia sudah bisa membelokkan mobil sesuai arah yang diinginkan. Melewati celah sempit pintu yang hanya terbuka setengah, bahkan melewati jembatan yang ukurannya sangat pas dengan mobil-mobilan pun Fatih bisa. Subhanallah.

Katakanlah Fatih sedang mendorong mobil ke arah utara. Lantas ia ingin berbelok ke arah toko di sebelah timur. Maka, ia akan menarik ekor mobil ke arah barat sehingga posisi mobil kini menghadap timur. Setelah itu, tentu saja Fatih akan kembali mendorong mobilnya.

Jika mobil mentok terkena tembok, Fatih bisa mengakalinya. Menarik mundur atau memutar setir mobil. Masya Allah.

Ya Allah, terima kasih telah memberinya kecerdasan sejak usia dini.

Fatih memang senang naik mobil. Kali ini mobil betulan milik abahnya. Ia bahkan hafal kunci mobil. Hehe.

Jika sedang di rumah nenek, Fatih akan menuntun saya atau yang lain untuk pergi ke rumah Abah yang hanya terhalang satu rumah.

Seperti kejadian siang ini. "Nah ... Nah ..." Fatih berkata yang artinya "ke sana ... ke sana ..." sambil tangannya menunjuk ke arah jalan.

Jika sudah sampai di jalan, ia akan berujar kembali nah nah sambil menunjuk ke rumah Abah.

Jika pintu garasi tertutup, ia akan menggedor-gedor. Saat ditanya mau apa, ia akan jawab "Mbreemmm" yang artinya mobil.

Saya bilang garasinya dikunci (karena memang betul dikunci). Lalu saya tanya dimana kuncinya? Fatih tau tidak?

Fatih lantas berjalan menuju pintu depan rumah Abah. Ia tahu kuncinya disimpan di dalam. Sayang, Abah dan nenek sedang tidak ada. Pintu depan juga dikunci.

Syukurlah pada saat itu Abi sudah pulang dari sekolah. Saya tahu sudah sejak beberapa jam lalu Fatih ingin naik mobil. 

Maka, saya pun berkata pada Fatih bahwa mobilnya sedang dipakai uwak pergi ke Subang. Tapi Abi sudah pulang. Jadi saya tawarkan pada Fatih untuk berjalan-jalan dengan motor saja.

Alhamdulillah tampaknya Fatih paham. Buktinya ia ikut saat saya ajak pulang kembali ke rumah nenek. Tidak bersikeras ingin tetap di rumah Abah.

Sesampainya di rumah nenek, untuk menepati janji, saya minta suami untuk mengajak Fatih berjalan-jalan dengan motor. Syukurlah suami saya bersedia.

Di sore harinya, sambil meng-ASI-hi, saya menyampaikan bahwa saya bangga akan sikap Fatih yang mau mengerti bahwa saat satu pintu kebahagiaan tertutup, kita bisa mencari dan membuka pintu kebahagiaan lainnya.

Fatih memang belum bisa main dengan mobil Abah, tapi Fatih masih bisa bersenang-senang dengan motor bersama Abi. Alhamdulillah.

Bonus tambahan datang tepat waktu. Saat Fatih selesai jalan-jalan dengan Abi, uwak datang dengan mobil. Maka, lanjutkan Fatih bermain mobil Abah. Memegang setir, menyalakan radio, dsb.

Fatih ... Fatih ...
Semoga sehat dan bahagia selalu ya, Nak.
Terima kasih sudah menjadi anak yang baik :*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar