Halaman

Senin, 03 Agustus 2020

Menghantam Tembok

Pernahkah kamu bergerak, berlari, lalu tiba-tiba menghantam tembok?

Mungkin seperti itu rasanya ketika kita bergerak menuju perubahan, beraktivitas, namun menemui sesuatu yg menghalangi kita untuk bergerak.

Seperti bola pejal yang terpental sejauh gaya yang ia berikan semula. Akan ada satu titik dimana kita mungkin mati gaya. Bingung dengan apa yang harus dilakukan. Karena semua terasa serba salah.

Sebagus apa pun niatan, jika cara penyampaiannya salah, hasilnya mungkin tidak sesuai dengan harapan. Ini saatnya kita mengintrospeksi diri sendiri.

Ingatlah, kita tak mungkin menyenangkan semua orang. Bukankah para nabi dan rasul yang begitu mulia pun masih saja ada yang membenci, menghina dan mencaci maki? Apalagi kita yang hanya manusia biasa.

Tak perlu risau dengan segala kritikan. Hidup itu seperti bercermin. Jika ada yang kurang, maka yang harus dibenahi tentu ada pada diri kita. Bukan pada bayangan di cermin.

Negara ini negara demokrasi. Setiap warga negara berhak untuk berpendapat. Jadi, perbedaan itu wajar. Hadapi dengan hati yang tenang dan lapang.

Segelas air akan terasa sangat asin jika ditambahkan garam 1 sdm. Tapi, jika wadah airnya seluas danau, berkali-kali lipat garam ditabur pun, mungkin tak kan terasa asinnya. Jadi, mari berbenah menyiapkan wadah terbaik untuk menerima segalanya.

Bersyukur dan tetap bersyukur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar