Halaman

Kamis, 08 April 2021

Apa Maumu?

Baru-baru ini, Presiden Jokowi baru saja mengesahkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 56 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Royalti Hak Cipta Lagu dan/atau Musik.

Berita ini pertama kali saya dengar dari suami. Jadi, yang suka cover lagu terus dikomersilkan di layanan publik mesti bayar royalti ke pencipta, pemegang hak cipta, atau pemilik hak.

Weeeh ... seketika saya langsung ingat beberapa postingan saya di instagram maupun youtube. Pasalnya, ada unggahan cover lagu di sana meski tidak full.

Misalnya video berikut yang saya unggah di chanel YouTube ditta widya utami  sekitar 3 tahun lalu (tepatnya 8 Februari 2018) :

Tapi syukurlah sebagaimana yang saya baca dari kumparanTech, menurut Manajer Advokasi Koalisi Seni, Hafez Gumay, PP No. 56 Tahun 2021 ini belum menyentuh aturan hak cipta lagu dan musik di platform digital (seperti YouTube, Spotify dan sejenisnya). Bahkan, belum ada aturan hak cipta lagu dan musik di Indonesia yang menyentuh ranah tersebut. 

Fiuh ... setidaknya saya bisa sedikit bernafas lega sekarang.

Kisah di Balik Pembuatan Video

Selalu ada alasan di balik setiap tindakan. Sepakat dengan kalimat ini? Hehe ... Video cover lagu Naif berjudul Air dan Api pun punya kisahnya loh!

Saya membuat video tersebut karena pada saat itu ada murid yang (mungkin) karena satu dua hal menjadi kesal pada gurunya (salah satunya pada saya), anak yang benci pada orang tuanya, mahasiswa pada pemimpin, sahabat pada sahabatnya sendiri dll. Atau mungkin juga sebaliknya, guru kesal pada murid, orang tua kesal pada anak, dsb.

Saking shock-nya, tak hanya video, saya bahkan membuat sebuah cerpen berjudul Aku Benci Bu Reva! yang diabadikan dalam buku antologi Guru di Ladang Ilmu, bersama Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat (KPPJB) di tahun 2019.

Cerpen "Aku Benci Bu Reva!" yang terinspirasi dari kisah nyata (dokpri)

Bagai air dan api yang tak pernah menyatu, terkadang manusia dengan egonya selalu meributkan hal yang itu-itu saja. Hal yang sebenarnya sepele.

Di bidang pendidikan misalnya, mungkin guru selalu meributkan anak yang tak kunjung mengerjakan tugas. Sementara anak selalu berdalih lupa tugas, terlalu banyak, tidak mengerti, dsb.

Jika tidak disikapi dengan baik, hal tersebut bisa saja menanam benih kebencian. Ini tentu berbahaya dan sangat disayangkan.

Bagaimana tidak? Kita masih menghirup udara yang sama. Berpijak pada bumi yang sama. Pun berada di bawah langit yang sama. Lantas mengapa harus saling membenci?

Di tengah kehibukan kita masing-masing, rasa lelah dengan apa yang kita hadapi terkadang bisa menjadi pemicu masalah. Bahkan dengan orang-orang yang sebetulnya tidak berkaitan langsung dengan permasalahan kita.

Maka, di saat ini terjadi, seyogyanya kita mampu berkaca pada diri. Bertanya pada hati nurani. Mengingat kembali semua hal baik dan kebersamaan yang pernah dilalui.

Jangan sampai dengan orang terkasih, dengan sahabat setia, dengan putera puteri tercinta dan keluarga yang mulanya bahagia berubah menjadi suram. Suram akibat dari sikap kita yang memilih menjadi api saat yang lain adalah air.

Apa mauku? Apa maumu? Komunikasi adalah salah satu jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah. Bagaimana akan damai jika kita tidak tahu apa yang diinginkan oleh orang-orang terdekat kita?

Ayolah sobat, berilah jeda untuk merenung. Jangan seperti selama ini, hidup bagaikan air dan api (kalimat ini lebih untuk mengingatkan diri sendiri sebetulnya). 

Jika Tuhan berkehendak, sebentar lagi sekolah akan kembali tatap muka, aktifitas kantor, perekonomian, pariwisata dan lainnya akan kembali seperti semula.

Di saat itulah, kita akan kembali berhadapan dengan ragam manusia. Bertemu dengan berbagai kepribadian dan sikap yang mungkin satu dua akan ada yang bertentangan dengan prinsip kita. Saat itu terjadi, bisakah kita tetap bersikap tenang menyejukkan layaknya air?

Semoga bermanfaat πŸ™πŸ»

🎀🎡🎢

Judul lagu : Air dan Api
Penyanyi : Naif

Apa mauku? Apa maumu?
Selalu saja menjadi
Satu masalah yang tak kunjung henti

Bukan maksudku, bukan maksudmu
Untuk selalu
Meributkan hal yang itu-itu saja

Mengapa kita saling membenci?
Awalnya kita selalu memberi
Apakah mungkin hati yang murni
Sudah cukup berarti?

Ataukah kita belum mencoba
Memberi waktu pada logika
Jangan seperti selama ini
Hidup bagaikan air dan api

Note :
Tulisan ini diikutsertakan dalam tantangan Lagerunal edisi 8 April 2021

 

#KamisMenulis #AprilChallenge #TigaKata #HurufH #HirupHibukHidup


32 komentar:

  1. Betul Bu, Kunci mencapai kesepakatan adalah komunikasi. Apa pun masalahnya, pasti akan selesai dengan komunikasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Bu. Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya πŸ™πŸ»

      Hapus
  2. Mantap Bu Dita. Saya setuju: komunikasi adalah salah satu jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah.

    BalasHapus
  3. Balasan
    1. Terima kasih Bu Cici, salam kenal juga πŸ™πŸ»

      Hapus
  4. Komunikasi juga bagian dari cinta yang ada di antara sesama manusia. Kalau sudah benci, mana mau sih komunikasi? Ya 'kan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul betul betul. Sepakat dengan Pak Rizky πŸ‘πŸ»

      Hapus
  5. Hore, helamat, hantap!!! πŸ˜πŸ‘

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe, herima hasih hu huti πŸ˜„πŸ™πŸ»

      Hapus
  6. Tulisan yang menginspirasi. Jadikan komunikasi untuk jalan penyelesaian.

    BalasHapus
  7. Keren...Bunda Ditta, trimks share ilmunya ada musik dan syairnya.Betul sekali komunikasi jalan satu2nya untuk menciptakan situasi yg kondusif

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah. Terima kasih Bu Sri πŸ˜ŠπŸ™πŸ»

      Hapus
  8. Komunikasi yang baik adalah kuncinya..
    Tau yang kau mau tau yang kumau.

    BalasHapus
  9. Komunikasi adalah inti dari semua permasalahan. Namun dimasa pandemi ini, sulit sekali berkomunikasi terutama dengan siswa. Terkadang bahasa di WA suka jadi salah pengertian. Akhirnya untuk menyelesaikan masalah ya...bertemu dan tatap muka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Bu. Karena saat tatap muka, kita bisa melihat ekspresi lawan bicara, sementara via WA, kita hanya bisa membuat interpretasi sendiri terkait apa yang kita baca.

      Oleh karena itu, sering terjadi salah paham. Betul seperti kata Bu Ai, penyelesaian yang baik adalah dengan bertatap muka.

      Hapus
  10. wah ini lagu air dan api omjay suka sekali, karena liriknya penuh dengan arti kehidupan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat Omjay πŸ‘πŸ» lirik lagu ini sungguh bisa jadi pengingat bagi kita semua. Keren ya Omjay liriknya.

      Hapus
  11. Keren. Bermusyawarahlah utk.penyekesaian.masalah itu lebih baik begitu agama kita mengajarkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Cak Inin. Syukurlah negara kita negara demokrasi. Setidaknya berbagai permasalahan bisa diselesaikan dengan musyawarah.

      Hapus
  12. Mantap...semangat utk instrokpeksi dalam menjalani hidup dan beraktifitasπŸ‘

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siappp πŸ‘πŸ»πŸ‘πŸ»πŸ‘πŸ»

      Hapus
  13. Inspiratif s3kali tulisannya Neng Ditta..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, terima kasih Ambu πŸ™πŸ»

      Hapus
  14. Mantap Neng Ditta, tulisannya sll inspiratifπŸ‘πŸ’ͺ

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah terima kasih Bu πŸ˜ŠπŸ™πŸ»

      Hapus