Halaman

Selasa, 05 Mei 2020

Menulis Bahkan Saat Sibuk? Bisaaaaa!!!


Selasa, 5 Mei 2020, kelas belajar menulis bersama Omjay Gelombang 7 mendapat materi dahsyat dari Pak Emcho, sapaan hangat untuk Much. Khoiri. Beliau adalah dosen dan penulis 42 buku dari Unesa Surabaya.

Materi yang disampaikan oleh Pak Emcho sungguh telah membakar kembali semangat untuk menulis di tengah kesibukan mengolah nilai rapot, mengasuh anak yang masih berumur 4 bulan, belum lagi kegiatan lain seperti mencuci baju, menyiapkan hidangan berbuka, dsb. Ya, tiap kita (baca manusia) pasti punya kesibukan masing-masing. Dalam postingannya, Pak Emcho bahkan mengawali dengan kalimat "Sopo Ora Sibuk?".

Jika dipikir lagi, tentu tak ada orang yang tak sibuk. Di jalan, di kantor, di pasar, di sekolah, dimana pun, kita akan temui kesibukan. Hal ini terjadi karena manusia adalah subjek yang tanpa kata kerja maka ia hanya entitas yang mati, tanpa makna kontekstualitasnya. Misalnya "saya" (subjek) jika tidak diikuti kata kerja seperti makan, menulis, membaca, memasak, bekerja, dsb. Maka keberadaan "saya" akan menjadi tak bermakna.

Oleh karena itu, karena manusia tak pernah lepas dari kesibukan, maka salah satu cara agar bisa menulis di tengah kesibukan adalah dengan menikmati kesibukan itu sendiri. Ingatlah, penulis sejati akan mencurahkan daya dan pikirannya untuk menghasilkan tulisan - andaikata ia tidak sedang menulis, penulis sejati pastilah memikirkan apa yang hendak ia tulis.

Pa Emcho juga mengingatkan bahwa di balik kesulitan pasti ada kemudahan, maka di balik kesibukan pun pasti ada kesempatan. Jadi, cobalah memanage kesibukan kita masing-masing. Jika sikap kita positif terhadap kesibukan, maka hal tersebut dapat mendorong kita melakukan aksi yang positif pula. Begitu pun sebaliknya.

Bud Gardner mengatakan, "When you speak, your words echo only across the room or down the hall. But when you write, your words echo across the ages."

Tips selanjutnya agar bisa menulis di tengah kesibukan adalah dengan mendidik diri untuk menulis. Bukan hanya mendidik agar lebih kompeten menulis, tetapi mendidik diri untuk berani melakukan reward and punishment. Berilah penghargaan pada diri sendiri jika mampu mencapai atau melalui target menulis. 

Jadilah penulis yang bijak. Orang bijak berbicara karena ia memiliki sesuatu untuk disampaikan. Sementara orang bodoh akan selalu berbicara tak peduli apakah yang disampaikannya penting/tidak.

Berikut adalah 17 jurus jitu menurut Pak Emcho yang dapat digunakan untuk menyiasati menulis dalam kesibukan :


Nah, masih merasa sibuk? Temukan kesempatan mu lalu mulailah menulis!

2 komentar: