Halaman

Sabtu, 02 Mei 2020

Jangan Baper Saat Mengasah Skill Menulis

Jumat, 1 Mei 2020, kelas belajar menulis bersama Omjay mendapat materi luar biasa dari Pak Dadang Kadarusman tentang Menulis Setiap Hari dan Menerbitkan Buku. Beliau adalah orang yang sering didatangi penerbit. Banyak dari buku-bukunya yang ternyata hasil dari permintaan penerbit. Bukan dari naskah yang disodorkan Pak Dadang ke penerbit.

Mau tau rahasianya?
Pembaca yang berbahagia, taukah Anda bahwa saat ini, menerbitkan buku sangat mudah sekali. Jika belum masuk penerbit mayor, kita bisa menerbitkan buku di penerbit-penerbit indie yang mulai menjamur. Berbeda dengan beberapa tahun silam, dimana jika seseorang ingin menerbitkan buku, maka harus melalui seleksi ketat di penerbit mayor.

Tantangan terbesar kita saat ini BUKAN pada menerbitkan bukunya. Melainkan pada MENULIS SETIAP HARInya. Jika kita bisa menulis setiap hari, maka kita akan sampai pada titik dimana kualitas tulisan kita akan sangat menarik bagi penerbit. Mereka yang datang kepada kita. 

Pelajaran pertama, jangan lagi berpikir bahwa menerbitkan buku itu susah. Gampang banget.

Orang yang orientasinya menerbitkan buku, bisa saja menyewa ghostwriter. Menerbitkan satu dua buku. Beda halnya jika kemampuan menulis dulu yang diasah. Maka, kapan pun ia akan berkemampuan untuk menerbitkan buku.

Percayalah bahwa, penerbit akan mendatangi Anda jika skill menulis Anda sudah sesuai dengan yang mereka cari. Jadi, karena skill menulis itu penting, maka pembahasan materi difokuskan kepada cara menulis setiap harinya.

Yang kedua, menulislah setiap hari karena menulis setiap hari itu membantu menjaga keselarasan antara otot-otot tubuh kita, juga jiwa.

Jadi, nanti kalau kita sudah terbiasa menulis. Melihat apapun, selalu ingin menerjemahkan apa yang kita lihat itu kedalam bentuk tulisan. Dan itu terjadi secara refleks saja. Begitu pula ketika kita merasakan sesuatu. Orang yang tidak terbiasa menulis, bisa saja memendam perasaan itu. atau butuh seseorang yang mau mendengarnya. Tapi jika dia terbiasa menulis, maka dia selalu punya teman untuk mencurahkan perasaannya yaitu, selembar kertas dengan pena (kalau dulu). Sekarang, tinggal ambil smart phone maka kita bisa mencurahkannya disana. Menulis setiap hari itu merupakan healing remedy.

Menulis setiap hari Idenya dari mana?
Nah ini penting untuk disampaikan. Bapak ibu,  segala hal yang bisa ditangkap oleh panca indra kita adalah sumber ide. Tinggal kita olah saja. Pegang teguh prinsip itu

Berapa banyak rangsangan yang masuk kedalam sistem panca indra dan indra ke 6 kita? Jumlah rangsangan itu TAK TERHINGGA. Maka itu berarti bahwa sumber ide penulisan kita bisa SAAAANGAT banyak.

Contoh. Hal apa yang bapak ibu tangkap dengan panca indra sekarang?
Ada bunyi AC? Itu sumber ide.
Ada suara seseorang yang lewat didepan rumah? itu sumber ide.
 Ada bunyi PRAAAANG! gara-gara panci jatuh? semua sumber ide.
Dan ide itu, hanya butuh sentuhan berupa mengolah pikiran yang kemudian menuangkan hasil olah pikir itu kedalam tulisan. Karena rangsangan itu selalu ada setiap hari, maka kita semua sebenarnya bisa menulis setiap hari

Yang ketiga, jika terbiasa menulis, kita bisa menjadi pribadi yang lebih sehat.

Kenapa perlu menulis setiap hari? Karena seorang penerbit buku sejati, bukanlah orang yang meminta bantuan orang lain untuk menuliskan naskah bukunya. Bagimana kemampuan itu diasah? Dengan cara berkomitmen untuk tidak melewatkan 1 hari pun dalam hidup kita TANPA MENULIS.

Jika Anda sungguh-sungguh ingin menjadi penulis handal; mulai sekarang, berkomitmenlah untuk menulis setiap hari. Seberapa banyak? Boleh 3 alinea seperti yang pernah Omjay latih. 1 hari 1 artikel (minimal).

Artikel itu apa? Sebuah paparan yang memuat buah pikiran penulis sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Begitu ukurannya. Jadi, yang penting dalam 1 hari itu ada karya tulis yang "KALAU" dibaca orang lain, mereka akan memahaminya.

Kenapa "KALAU"? Karena, belum tentu ada orang yang membaca artikel itu. Duh, sedih banget ya. sudah cape-cape nulis tapi kok nggak ada yang baca. Nah, ini penting bapak ibu.

Di tahap belajar ini, sebaiknya kita tidak terlalu baper soal ada yang baca apa nggak (duh menohok tapi bener sih hhe). Kenapa? Karena kalau orang lain baca pun belum tentu feedbacknya positif kan ya? Tidak sedikit orang yang berhenti menulis karena pembacanya memberi feedback negatif. So, yang penting menulis saja dulu.

Kalau tulisannya sudah memenuhi standar minimal untuk dibaca orang, YAKIN DEH bakal dibaca.

Setelah membahas tentang WHY yang berhubungan proses membiasakan diri dalam menulis itu Sekarang kita bahas WHATnya.

WHAT makes you write something?
Apa sih yang menjadi mendorong Anda untuk menulis? Pertanyaan ini sederhana. Tapi orang yang tidak menemukan jawaban yang tepat, akan berhenti ditengah jalan. Jadi mari kita tanyakan kepada diri sendiri dulu apa yang mendorong kita menulis. dengan kata lain, apa sih tujuan kita menulis?

Contoh. Ada orang yang menulis agar mendapatkan uang? Ada. Dulu, Pak Dadang  pernah berada di level itu. Beliau menulis untuk mendapatkan uang, karena saya untuk biaya sekolah. Apakah berhasil? Lebih banyak gagalnya daripada berhasilnya. Banyak naskah yang dikembalikan redaksi daripada diterbitkan

Saat itulah Pak Dadang sadar bahwa, menulis karena ingin mendapatkan uang; bukanlah nilai pribadinya. Sampai sekarang, saya menulis BUKAN untuk uang.

Bapak, ibu boleh nggak menjadikan uang sebagai pendorong utama dalam menulis? Tentu boleh saja. tidak masalah. Tapi nanti seiring berjalannya waktu kita akan menemukan apa dorongan yang paling cocok buat kita.

Kedua, menulis dengan dorongan INGIN BERBAGI PENGETAHUAN. Nah, yang ini menurut hemat beliau; paling sesuai dengan jiwa pendidik seperti kita.

Semoga bermanfaat dan menginspirasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar