Halaman

Selasa, 07 April 2020

Lisangbihwa dan Literasi Digital 4.0

Waktu kecil, kalau mau beli buku, mesti pergi ratusan kilometer baru bisa sampai di toko buku sekelas Gramedia. Sekarang? Tinggal akses internet, buka websitenya, klik klik belanja, bayar, beres.

Dulu, kalau belanja fashion dll mesti ke mall, ke supermarket, ke pasar. Sekarang? Tinggal buka Shopee, Lazada, Tokopedia, Bukalapak, dll. Pesan di rumah, barang datang sendiri. Banyak diskon, gratis ongkir pula. Kesukaan emak-emak banget!

Di zaman sekarang, segala kemudahan sudah ada di depan mata. Transfer uang, pesan tiket kereta, pesawat atau hotel, ojek atau taksi, semua bisa dilakukan dengan memanfaatkan internet. Praktis.


Sekarang semua jadi serba mudah, murah dan cepat. Hal ini tentunya disebabkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus menerus berkembang pesat.

Jika kamu pernah melihat film Wall.E (2008), The Martian (2015), Passengers (2016), atau Space Between Us (2017), sungguh ... di masa depan, bukan tidak mungkin manusia akan benar-benar tinggal di luar angkasa seperti yang diceritakan dalam film-film tersebut.

Literasi digital era revolusi industri 4.0
Perkembangan era digital yang pesat serta penggunaan internet di hampir semua lini kehidupan memang sangat membantu dan memudahkan aktivitas kita sebagai manusia. Istilah kerennya, saat ini kita tengah memasuki era revolusi industri 4.0 dimana kecerdasan buatan/artificial intellegence (AI) dan internet of thing (IoT) menjadi salah satu cirinya.

Berbicara tentang AI, saya jadi teringat film-film sci-fi seperti Eagle Eye (2008), Ex Machina (2014), Transcendence (2014), dan Ghost in The Sell (2017). Betapa luar biasa sekaligus 'mengerikan' dunia dengan AI yang super. Coba deh tonton #eeh πŸ˜†

Literasi digital di dunia pendidikan
Dengan adanya keharusan belajar di rumah, dunia pendidikan saat ini pun terimbas arus digitalisasi. Mau tidak mau, baik guru maupun siswa harus belajar menggunakan internet untuk proses pembelajaran. Ya, mereka harus bisa melakukan literasi digital.

Maka, ramailah dunia pendidikan dengan google classroom, zoom, youtube, WhatsApp dan aplikasi lain yang memungkinkan siswa dan guru berinteraksi secara daring. Hal ini tentu menjadi nilai positif dari era digital revolusi 4.0.

Dalam Wikipedia, disebutkan bahwa literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari. Nah loh, pusing nggak tuh sama pengertiannya yang panjang lebar? Hhe ....

Kalau menurut saya, sederhananya, literasi digital itu ya melakukan literasi secara digital. Loh kok malah muter-muter? Hihi ... maksudnya, kita nyari info, berkomunikasi, dll menggunakan media digital seperti hp atau komputer. Semacam itulah.

Lisangbihwa dan literasi digital
Beberapa waktu lalu, komunitas Literasi Subang Bihari dan Berwibawa (Lisangbihwa) yang bekerja sama dengan Komunitas Guru Penulis Jawa Barat (KGPJB) Regional Subang berencana mengadakan workshop dan peluncuran buku karya guru se-Kab. Subang. Aula Dinas Kearsipan & Perpustakaan Daerah Kab. Subang bahkan telah dipilih sebagai tempat pelaksanaan.

Lisangbihwa yang diketuai oleh Ibu Arum Handayani, mengundang Pak Toto Wijaksana sebagai pemateri workshop. Pak Toto adalah seorang guru, blogger, dan pegiat literasi digital. Selain Pak Toto, Lisangbihwa juga turut mengundang Bunda Literasi Kab. Subang, yaitu Ibu Hj. Yoyoh Sopiah Ruhimat serta Ketua KGPJB Regional Subang, Pak Abas, S.Pd..

Workshop tentang Penguatan Pengembangan Gerakan Literasi Sekolah Melalui Challenge, seyogyanya dilaksanakan pada hari Sabtu, 21 Maret 2020. Namun, karena status darurat corona, maka tanggal pelaksanaan diundur hingga waktu yang belum bisa ditentukan.

Workshop Literasi 4.0 yang diadakan Lisangbihwa bersertifikat 32 jam. Terbagi menjadi pembelajaran langsung dan melalui kelas daring. Di kelas daring, Pak Toto meminta kepada para peserta untuk membuat blog sebagai langkah awal dari kegiatan workshop.

Saat itu saya teringat pernah membuat blog di blogspot. Maka mulailah saya berselancar mencari kembali blog yang pernah saya campakkan itu. Alhamdulillah ternyata masih ada. Jadi, saya tak perlu membuat ulang blog. Cukup mengubah domain saja seperti sekarang.

Saya beri nama "RUANG INSPIRASI" karena saya memiliki harapan bahwa tulisan-tulisan yang saya bagikan dapat menginspirasi bagi banyak orang. Blog yang entah ke berapa ini, insya Allah akan saya rawat dengan sebaik-baiknya. (Semoga).

Waspada era digital
Sekalipun kini semua jadi serba mudah, murah dan cepat, ada hal-hal yang patut diwaspadai di era digital ini. Coba Anda saksikan film "Petualangan Menangkap Petir" (2018) yang merupakan salah satu contoh film yang bercerita tentang literasi digital.

Film tersebut mengisahkan seorang anak yang terikat dengan media sosial dan telah memiliki ribuan penggemar online. Tak ingin anaknya anti sosial, sang ayah kemudian berinisiatif membawa anaknya ke Boyolali (rumah eyangnya). Di sana, si anak akhirnya bisa belajar menemukan teman yang "nyata" dengan bermain bersama.

Kondisi ini mungkin tak jauh berbeda dengan keseharian kita, dimana orang-orang semakin disibukkan dengan gawai masing-masing. Kita harus ingat bahwa berinteraksi secara langsung dengan teman sejawat, keluarga, atau siapa pun yang masih tergolong manusia masih sangat dibutuhkan. Jangan sampai era digital justru melumpuhkan rasa kemanusiaan itu sendiri.

Hal kedua yang patut diwaspadai adalah tentang kebenaran informasi yang diterima. Kita harus jeli terhadap berbagai informasi. Apakah informasi tersebut benar atau hanya hoax. Jangan sampai isu-isu hoax tersebar sehingga menimbulkan kepanikan di masyarakat.
Di era literasi digital, kita dituntut untuk bijak berinternet agar tidak mudah menyebarkan berita yang belum jelas kebenarannya.

Nah, demikian informasi terkait literasi digital era revolusi industri 4.0 yang bisa saya sampaikan.

Terima kasih Pak Toto dan Lisangbihwa. Karena tugas daringnya, membuat saya semangat untuk menjadi blogger (lagi). 

27 komentar:

  1. Manthap suranthap bu Dita memang ruaar biasa πŸ‘πŸ‘πŸ‘

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin ... Alhamdulillah 😊 terima kasih sudah berkunjung Bu Ketu πŸ₯°

      Hapus
  2. Wah keren bu DittaπŸ₯°πŸ₯°πŸ₯°πŸ˜πŸ˜πŸ˜πŸ‘πŸ‘πŸ‘

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, terima kasih πŸ₯°πŸ₯°πŸ₯°πŸ₯°πŸ₯°

      Hapus
  3. Neng Dita memang luar biasa, keren!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin ... Alhamdulillah, nuhun, Bu ... 😊

      Hapus
  4. Hebat Bu DittaπŸ‘‘πŸ‘‘

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  6. Tulisannya renyah..enak dibaca....

    BalasHapus
  7. MasyaAlloh,ternyata Ibu blogger sejati

    BalasHapus
  8. alhamdulilah....bagus sekali tulisannya

    BalasHapus