Halaman

Rabu, 01 April 2020

Belajar Proses Penerbitan Buku bersama Ibu Sri Sugiastuti

Selasa, 31 Maret 2020, kelas menulis online bersama Omjay telah menginjak materi keempat. Kali ini, Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd. yang menjadi narasumber dengan tema "Proses Pembuatan dan Penerbitan Buku".

Ibu Sri mengawali materi dengan berbagi kisah perjalanannya menjadi penulis hingga buku-bukunya diterbitkan. Kisah lengkapnya bisa Anda baca di sini.

Berikut adalah beberapa hal penting yang saya dapatkan melalui pembelajaran online bersama Ibu Sri.

Better Late than Never
Jangan malu untuk belajar menulis, berapa pun usia Anda! 

Ibu Sri baru belajar menulis saat usianya memasuki 50 tahun! Better late than never. Begitu kalimat yang menguatkannya, lebih baik telat daripada tidak sama sekali.

Saat menempuh jenjang S2, mau tidak mau Ibu Sri mengaku harus melek IT. Dari keharusan itulah akhirnya beliau mulai mengenal Kompasiana, Guraru dan bahkan Gurusiana. Mulailah beliau dengan dunia kepenulisan.

Asah Kemampuan Menulis dengan Mengikuti Lomba
Mengikuti lomba bisa mengasah kemampuan menulis, karena naskah kita akan dibaca dan dinilai oleh para juri profesional.

Ibu Sri pernah nekat mengikuti lomba menulis  “Diary Ketika Buah Sakit”. Tulisan yang dibuat Ibu Sri berdasarkan pengalaman nyata saat ia harus kehilangan anaknya yang berusia 4 tahun karena demam berdarah. 

Tak disangka, beliau mendapat juara 3. Dari pengalaman itu akhirnya semangat menulis Ibu Sri semakin menggebu-gebu.
Pantang Menyerah dan Terus Berproses
Jika ingin menjadi penulis profesional dan bukunya diterbitkan, maka pantang menyerah wajib ada dalam kamus kehidupan kita. Sebagaimana pengalaman Ibu Sri yang berdarah-darah (ungkapan ala Bu Sri). Namun, beliau tidak pernah berhenti menulis.

Bayangkan saja, beliau pernah membayar 1 juta rupiah untuk belajar web, namun gagal karena mentornya hanya dua kali datang setelah itu bye.

Ibu Sri pernah menulis buku memoar hingga 400 halaman lebih, membayar 700 ribu rupiah untuk penerbitan tapi hasilnya zonk.

Pernah dijanjikan naskahnya akan disalurkan ke penerbit mayor, tapi itu juga cuma memberi harapan palsu.

Menurut Bu Sri, berproses dari manusia biasa dan jadi penulis pemula itu gurih gurih sedap. Dan yang hebat dari beliau adalah terus berproses. 

Dari honor menulis, dari uang tunjangan sertifikasi, Ibu Sri bisa menyisihkan untuk mengupgrade diri. Ia belajar baik secara offline atau online. Hingga akhirnya beliau berkesempatan menyusun buku ajar permintaan dari penerbit nasional sekelas Erlangga.

Variasi Menulis untuk Dibukukan
Sasaran/objek pembaca sangat berpengaruh terhadap variasi tulisan.

Menulis untuk anak, tentulah bahasa anak yang tepat untuk mereka (bahkan ada peserta yang membagikan cuplikan karyanya berupa komik untuk anak-anak).

Menulis untuk siswa. Buku-buku untuk siswa pun beragam, bergantung pada jenjang pendidikannya. Di setiap jenjang pendidikanpun, masih ada pembedanya; mata pelajaran dan muatannya yang secara spiralis dari level yang sempit meluas dan makin kompleks.

Menulis di blog. Jadilah blogger. Menulis di blog mudah dilakukan. Gunakan Bloger.com atau wordpress.com. Dari blog, perlahan bila anda akan menjadikannya buku, kumpulkan kembali, dan ikuti prosedur editing, setting, hingga pengurusan ISBN dan seterusnya hingga menuju ke percetakan dan siap terbit.

Pesan yang Menginspirasi
Beberapa pesan Ibu Sri yang menginspirasi dan memotivasi adalah :
"Jadikan menulis dan membaca sebagai  gaya hidup. Berbagilah suka dukamu. Bila ada pengalaman buruk juga bagikan agar yang lain waspada dan tidak ada korban. Atau setidaknya bisa mengingatkan bahwa budaya baca itu penting. Mari berproses biar naik kelas dari penulis pemula jadi penulis mulia."

oleh : Ditta Widya Utami, S.Pd.
SMPN 1 Cipeundeuy Subang, Jawa Barat

6 komentar: