Halaman

Minggu, 30 Mei 2021

Mengenal ADB, NGT dan Istilah Penting Lain Terkait Buah Hati

Menjadi seorang ibu, ternyata tantangannya tak mudah. Jangan tanya fase ketika mengandung dan melahirkan. Taruhan nyawa bukan isapan jempol semata.

Saya masih ingat salah satu teman saya harus rela kehilangan istrinya di malam takbiran usai melahirkan. Tak hanya ibu, buah hati yang dinanti pun masih rentan meregang nyawa.

Anak teman saya pernah mengalami dehidrasi dalam satu hari setelah dilahirkan. Syukurlah cepat terdeteksi. Jika tidak, nyawa sang bayi mungkin tak bisa diselamatkan.

Ada juga yang anaknya (satu dua hari setelah lahir) tiba-tiba kejang dan hampir kehilangan nyawa. Dugaan sementara karena keracunan ketuban. Terlambat beberapa menit saja di rumah sakit, entahlah.

Saat buah hati lahir dan tumbuh, seorang ibu harus siap menghadapi tantangan baru. Mulai dari perihal ASI, MPASI (Makanan Pendamping ASI), hingga berbagai gangguan kesehatan yang mungkin terjadi. Entah itu pada ibunda maupun pada si bayi mungil.

ASI dan MPASI

Enam bulan pertama bersama Fatih, saya sungguh bersyukur. Bersyukur karena bisa memberi ASI eksklusif. It's true jumlah ASI tidak dipengaruhi besar kecilnya badan ibu.

Allah sudah ciptakan setiap wanita dengan istimewa. Asalkan mau menyusui, insya Allah akan dicukupkan. Begitu sempurnanya, sehingga secara "otomatis" ketika rajin menyusui, suplai ASI akan terus diproduksi. Subhanallah.

(Maaf) payudara yang besar tidak selalu menandakan ASI melimpah. Demikian juga yang kecil. Bukan berarti tak cukup ASI. Karena ukuran payudara bisa jadi disebabkan oleh jaringan lemaknya yang banyak. Sedangkan ASI, tidak dihasilkan oleh jaringan lemak.

Saat belum mengenal MPASI, berat badan Fatih masih ideal. Lihatlah foto di bawah ini. Bukankah anak saya terlihat gemuk dan sehat?

Fatih saat berusia 4 bulan

Kekhawatiran saya meningkat saat masa MPASI. Awalnya tak masalah. Dengan menerapkan MPASI 4 bintang (mengandung karbohidrat, protein nabati, protein hewani, serta sayur atau buah), Fatih makan cukup lahap.

Gigi mungil yang satu per satu mulai tumbuh, tampaknya membuat Fatih tak berselera makan. Berat badannya mulai konstan.

Seiring bertambahnya usia, Fatih sudah mulai bisa pilih-pilih. Seperti ibunya, ia akan bosan jika menunya itu-itu saja. Meski sesekali berkreasi menu, kenaikan berat badan Fatih masih saja merayap.

Pengenalan Sufor

Melihat berat badan Fatih yang "kecil", membuat beberapa orang menyarankan saya agar mencoba susu formula (sufor). Meski kecil, sebetulnya pada usia 8-9 bulan, berat badan Fatih masih masuk kategori normal.

Fatih (9 bulan) dan Abah

Hal tersebut membuat saya tetap mengoptimalkan pemberian ASI dan memperbaiki menu harian agar nutrisi tercukupi. Walau demikian, saya pun mencoba menggunakan sufor. 

Hasilnya? Alhamdulillah ... sekali minum, Fatih menghabiskan sekitar 20-30 ml. Abah dan nenek Fatih yang juga khawatir dengan BB Fatih malah memberi susu UHT. Coklat dsb. Aduuhhh. 

"Udah biarin makan apa saja yang penting gemuk". Pikiran hopeless seperti ini sebetulnya sangat saya hindari. Biar bagaimana pun, nutrisi yang masuk harus dipertimbangkan.

Iya sih anak banyak makan, tapi kalau kebutuhan nutrisinya tidak tercukupi? Yang ada badan gemuk tapi perkembangan dan pertumbuhannya kurang optimal akibat kurangnya nutrisi.

Perkembangan sel saraf pada otak, kuat dan padatnya tulang, imun yang baik, saluran pencernaan yang sehat, tak bisa dilihat kasat mata toh?

Selain itu, sebisa mungkin saya mengenalkan Fatih dengan makanan sedikit gula saja. Bukan sok melarang, tapi Fatih kan belum bisa sikat gigi sendiri. Iya sih sikat gigi. Tapi tetap masih belum optimal.

Terlalu banyak konsumsi gula tanpa membersihkan gigi dengan baik, bisa membuat gigi anak rusak di usia balita. Saat Fatih belum punya gigi sih tak masalah. Membersihkan mulutnya dengan kasa steril, it's fine. Lah kalau sudah punya gigi? Lain lagi ceritanya. 

Kasa steril atau sikat gigi jari silikon pun tak kan mempan melindungi kita dari gigitan si kecil. Aih, lebih baik digigit kucing deh daripada digigit bayi yang nggak mau sikat gigi πŸ˜…

Oh iya, saya masih menggunakan sikat gigi berbahan silikon atau karet untuk Fatih. Ini sesuai anjuran dokter gigi saat Fatih ke posyandu. Sikat biasa baiknya digunakan mulai usia 2 tahun itu pun harus yang lembuuuut sekali agar tidak melukai gusi.

Nah, sebagai salah satu upaya melindungi gigi Fatih dari kerusakan, meski sedikit sedikit, saya tetap mengenalkan Fatih pada sufor (daripada UHT yang umumnya sangat manis. Note : Fatih tak suka rasa original).

Namanya juga sufor, sudah diformulasikan khusus untuk pertumbuhan anak. Selain kandungan gula yang relatif aman, sufor juga berfungsi untuk mencukupi kebutuhan kalori Fatih setiap hari (ASI masih jalan dong).

Tak Jadi Memberi Obat Cacing

Fatih memang aktif. Terlebih setelah bisa berjalan (usia 12 bulan). Setiap siang, ia senang mendorong mobil-mobilan yang seharusnya ditumpangi.

Hal tersebut tentu membuat Fatih membutuhkan kalori yang lebih banyak untuk energinya. Saya jadi berpikir, apakah BB konstan bisa disebabkan karena Fatih terlalu aktif?

Jika ya, berarti jumlah asupan kalori Fatih per hari harus ditingkatkan. Tapi, jujur saya pun sempat berpikir apakah Fatih cacingan? Namun, niat memberi obat cacing telah saya urungkan. 

Sumber : indonesiabaik.id

Meski ada di program posyandu, Fatih tidak mendapat obat cacing. Saat itu Fatih (usia 16 bulan) belum bisa menelan obat berupa kapsul, pil atau tablet. Hehe padahal bisa saja ya digerus 😁

Saat ke apotek, apoteker pernah menyarankan (dengan begitu meyakinkan) bahwa berikan saja obat cacing pada saat usia Fatih minimal 2 tahun. Hmm, mungkin bidan posyandu sepakat dengan hal ini sehingga sengaja tidak memberi Fatih obat cacing.

Gemuk Genetik?

Saya pernah menemukan anak ASI (usia 8-12 bulan) yang gemuk. Tentu saya pun berharap berat badan Fatih bisa terus bertambah walau masih dengan ASI. Namun, saya sadar, sebagai orang tua, tidak seharusnya membandingkan anak sendiri dengan anak orang lain. It's a BIG NO! NO!

Jangankan dengan anak orang lain, yang lahir kembar identik pun perkembangannya bisa berbeda. Di saat seperti ini (ketika tergoda membandingkan anak kita), adakalanya seorang ibu harus menutup mata dan telinga.

Tetap fokus mengasuh buah hati agar anak bahagia, bukannya tertekan. Tak hanya anak, jika selalu melihat rumput tetangga, ibu pun bisa stress. Hal ini tentu tidak baik karena bisa berpengaruh terhadap jumlah ASI yang dihasilkan. So mommy, please don't stress.

Nah, saat mengalihkan pikiran, terkadang saya juga berpikir gemuk-kurus itu faktor genetik. Info dari popmama, bayi yang ibunya gemuk memiliki kemungkinan 50% menjadi gemuk juga. Tak hanya ibu, kita bisa lihat jejak garis keturunan dari ayah maupun ibu bayi. Bila ada garis keturunan yang berisi, bisa jadi bayi pun akan berisi.

Walau demikian, saya sadar bahwa genetik bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan gemuk tidaknya seorang anak.

ADB dan NGT

Salah seorang teman saya pernah bercerita bahwa anaknya mengalami ADB. Di usia 11 bulan, berat anaknya hanya sekitar 7,5 kg (seharusnya sudah 9-10 kg yang paling ideal).

Grafik BB anak laki-laki (6 bln - 2 tahun) berdasarkan standar WHO

Maka pergilah ia ke dokter spesialis anak subspesialis nutrisi dan metabolik (yang ini tak ada di kota saya, biasanya hanya di kota besar). Hasil cek lab menunjukkan anaknya mengalami ADB atau Anemia Defisiensi Besi.

Dari laman popmama.com, ADB ini merupakan defisiensi nutrien tersering yang dialami anak di seluruh dunia terutama negara berkembang seperti Indonesia.

Beberapa ciri ADB menurut popmama.com antara lain : lemas, mudah lelah, mudah infeksi, gangguan prestasi belajar, menurunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi, gangguan perilaku, mengalami GTM (gerakan tutup mulut/tidak mau makan) berkepanjangan, dan Berat Badan (BB) stagnan.

Sebetulnya ciri tersebut baru terlihat jika ADB-nya sudah serius. Pada tahap awal, gejala mungkin tidak tampak. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan lab.

Proses penormalan kembali kasus ADB umumnya butuh waktu 3 bulan. Nah, teman saya ini tak hanya treatmen ADB, ia pun memutuskan memasang NGT pada buah hatinya. Targetnya tentu saja BB anak ideal selama 1000 hari pertamanya (0-2 tahun).

Yep, anak teman saya ini menerima asupan makanan dengan bantuan selang yang dimasukkan melalui hidung alias nasogastric tube (NGT). Plus ditambah juga susu khusus anak yang rawan gagal tumbuh. Duh, dengernya aja ngilu saya.

Pasang NGT yang terlalu lama (sampe 9 bulan) membuat anaknya jadi lupa menelan dan mengunyah. Finally, teman saya pun berkonsultasi lagi dengan dokter rehab medik. 

Syukurlah tak ada masalah di bagian oral buah hatinya. But, anaknya jadi ikut terapi agar bisa kembali menggunakan lidah dengan optimal serta mampu menelan. Doakan lancar ya ....

Dari kisah teman saya ini, saya akhirnya membuat keputusan. Saya memang belum bisa mengunjungi dokter spesialis anak subspesialis nutrisi dan metabolisme yang tentunya ada di kota besar, but at least saya bisa ikut menggunakan susu pertumbuhan khusus.

Dari segi harga, susu ini memang 2-3 kali lipat lebih mahal dari harga sufor umumnya (untuk netto yang sama). Namun hal tersebut memang sepadan dengan nutrisi dan jumlah kalori yang ditawarkan. 

Jika umumnya dalam 1 sajian sufor jumlah energi totalnya 160 kkal, nah sufor khusus ini energinya mencapai 270 kkal/sajian. Wajar saja bila bisa jadi BB booster. Wong kebutuhan kalori harian Fatih sekarang adalah 872,3 kkal.

Kebutuhan nutrisi harian Fatih (theAsianparent)

Terkait jumlah kalori sebetulnya tidak saklek juga. Jenis kelamin dan aktivitas bisa membuat kebutuhan kalori tiap orang berbeda. Intinya jika ingin BB ideal, asupan kalori minimal harus sesuai dengan standar. Lebih bagus jika lebih (agar gemuk).

Saat ini, di usianya yang hampir 18 bulan, BB Fatih sudah di atas 9 kg (entah lebih berapa karena saat ditimbang Fatihnya gerak-gerak mulu πŸ˜‚). 

Dari grafik BB terhadap usia yang dikeluarkan WHO, BB Fatih sebetulnya masih termasuk normal. Namun, angka ini hampir menyentuh batas bawah kenormalan. Idealnya BB Fatih saat ini menurut aplikasi theAsianparent adalah 10,4-10,7 kg. 

Oleh karena itu, saya masih menjalankan program menaikkan BB. Tak hanya lewat sufor, saya pun sering membisiki Fatih. Mengatakan padanya agar bisa makan lebih lahap, mau minum sufor, minum ASI lebih sering, dsb.

Tak ingin Fatih berjuang sendiri, saya pun ikut berjuang. Mengonsumsi makanan dan suplemen ASI booster seperti paria, katuk, dsb. Memperbanyak minum, menghindari stress. Saya katakan juga ke Fatih bahwa ia tak sendiri berjuang. Cuz Aminya juga ikut berjuang menyukseskan program menaikkan BB Fatih.

Semoga, sebelum imunisasi berikutnya BB Fatih sudah bertambah lagi. Aamiin.

Oh ya Moms, Dads ... sebetulnya melihat kecukupan gizi pada anak gak cuma dipantau dari BB loh. Tinggi badan dan lingkar kepala juga mesti diperhatikan ya.

Terkait kurva pertumbuhan WHO, bisa dibaca penjelasannya pada laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) berikut : kurva pertumbuhan WHO.

Last but not least, saya mengutip kalimat yang pernah dilontarkan teman saya bahwa ia tak kan menjudge dirinya ibu yang gagal, karena ia telah berusaha maksimal untuk pertumbuhan buah hatinya.

Yep ... Tugas kita adalah berikhtiar. Maka, teruslah berjuang, Moms ... Dads ...

Nah, punya pengalaman serupa terkait BB anak? Yuk share di kolom komentar.

14 komentar:

  1. wah, perjalanan 'membesarkan' anak yang hebat. Ibu sudah punya keyakinan bahwa ASI yang terbaik. Sayangnya, sempat berbeda pandangan dengan orangtua. dengan memberikan susu UHT. Hehe... begitulah, orangtua sering khawatir ya. Mudah-mudahan itu tanda sayang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe, betul Pak. Sebetulnya orang tua saya sayang banget sama cucu. Selain ke Fatih, mereka juga suka mengingatkan saya untuk makan makanan bernutrisi. Jika perlu ditambah suplemen. Semoga pertumbuhan Fatih tetap dalam kisaran normal. 😊 Terima kasih atas kunjungannya πŸ™πŸ»

      Hapus
  2. perjuangan yg luar biasa ya bund sebagi seorang ibu ..saya sempat kalah sama ASI di anak pertama.. Alhamdulillah di ank kedua bisa ASI eksklusif dan lanjut juga...maslah BB anak pengalaman kita juga sama..jadi curhat deh hehhe..πŸ˜… stay strong bund..😊πŸ’ͺ

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, ternyata ada temen. Hhe ... Iya Bu Wen. Jadi ibu tuh harus siap jadi pejuang tangguh, ya? 😊😊😊 Makasih dah berkunjung πŸ™πŸ»

      Hapus
    2. iya bu ditta ...semoga fatih sehat selalu ya bu .😊

      Hapus
    3. Aamiin ... Terima kasih Bunda πŸ₯°πŸ™πŸ» sehat-sehat juga untuk keluarga Bu Weni πŸ˜ŠπŸ™πŸ»

      Hapus
  3. Balasan
    1. Terima kasih kembali Omjay πŸ˜ŠπŸ™πŸ»

      Hapus
  4. Bagaimanapun juga kita berusaha berikan yang terbaik untuk anak-anak kota. Sempat sedih juga buk.. Saya tidak maximal memberikan ASI krn anak di rumah sakit slm satu bln.. Abak prenature.tp alhamdulilah... Sekarang anak sehat dan tumbuh normal seperyi bayi yang lain..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya Allah, pasti sedih banget yaa ... 😭 Tapi syukur jika sekarang sudah sehat dan tumbuh normal. Semoga selalu ceria dan bahagia juga yaa ... πŸ₯°

      Hapus
  5. Nuhun share ilmunya Neng Ditta, luar biasa pengalaman dan perjuangannya. Termasuk putra temen yg menggunaakan NGT krn ADB, semoga berhasil dan segera normal kembali. Untuk MPASI yg menarik bisa liat IG anak ibu: aniceannoti
    Kebetulan nutrition. He he sanes iklanπŸ˜„
    Hayoo cemangat Fatih dan bundanya yaa, πŸ₯°πŸ˜bilang ke Abah Nin, jangan khawatir dan jangan beri UHT yaa,...πŸ˜†

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaaaaaah .... Makasih banyak infonya Bu .... Siap berselancar 😍😍😍

      Hehe, makasih supportnya Bu πŸ˜ŠπŸ™πŸ»

      Hapus
    2. Eh UHT ma gpp katanya, da susu murni keneh, yg gk banyak gula gk ada susunya ma SKM (Susu Kental Manis) yaaπŸ™‚

      Hapus