Pagi ini, saya dan suami sudah bersiap untuk mengikuti vaksin Covid-19 di Puskesmas Cipeundeuy. Beberapa teman ada yang sudah divaksin terlebih dahulu. Sementara saya baru berangkat hari ini.
Bukan karena abai. Namun, karena saya dan suami adalah penyintas Covid-19, maka kami harus menunggu selama 3 bulan setelah dinyatakan negatif.
4 Februari 2020 hasil swab kami sudah negatif. Karena hari ini tanggal 6 Mei, maka sudah 3 bulan berlalu. Mungkin sudah bisa divaksin, pikir saya.
Saya kebagian antrian ke-15. Setelah dicek di bagian registrasi, ternyata saya sudah tercatat sebagai guru sasaran vaksinasi. Lolos.
Di tahap berikutnya, dicek tensi dan suhu badan. 37,3 derajat Celcius dan tekanan darah rendah 80/60. Pantas saya merasa sedikit pusing. Sepertinya efek karena kurang tidur.
Nah, berikutnya dokter yang langsung menanyai calon penerima vaksin. Saya ditanya apakah sedang dalam keadaan fit (tidak demam, flu, batuk, dll). Saya jawab insya Allah sehat.
Suami sedang ditanyai oleh dokter |
Lantas saya pun ditanya apakah pernah terpapar Covid-19? Ya saya jujur saja pernah. Lalu saya pun menceritakan kapan swab pertama dan kapan swab kedua yang hasilnya negatif.
Saya bersyukur telah menuliskan kisah saat terpapar Covid-19 di blog. Sehingga saya dengan mudah bisa mengecek kembali pada tanggal berapa saya dinyatakan positif dan tanggal berapa saya dinyatakan negatif.
Karena baru 3 bulan pas, dokter menyarankan agar saya mengikuti vaksin pada periode berikutnya saja. Setelah lebaran atau pada bulan Juni.
Para penyintas Covid-19, biasanya sudah memilki antibodi dalam tubuhnya pasca terpapar. Namun, setelah lewat 3 bulan, biasanya mulai melemah. Oleh karena itu, meski penyintas, kami masih disarankan ikut vaksinasi.
Baiklah, semoga kelak diberi jalan terbaik. Karena vaksinasi bagi guru adalah salah satu langkah yang harus ditempuh untuk bisa melakukan pembelajaran tatap muka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar