Selembar uang dengan nominal Rp 100.000,00 bertengger dalam bingkai foto di WAG Belajar Menulis bersama Omjay. Seperti biasa, kami para peserta diminta membuat tulisan untuk berlatih meningkatkan skill kami.
Kali ini tidak diminta 3 alinea, melainkan sebuah artikel. Entah kenapa rasanya saya telah diskakmat oleh foto selembar uang berwarna merah itu. Bahkan hingga kini, saya bingung akan menulis apa.
Melirik dan berblog walking beberapa tulisan teman, wiiih keren-keren. Ada yang menulis kisah 100 ribu di masa pandemi corona seperti yang ditulis oleh Bu Eva dan Bu Yuyun, ada yang menceritakan dengan kerennya kemana uang 100 ribu pergi di setiap dompet penguasa, sosialita hingga yang rutin berdoa (Blog Matematikawan Waryanto).
Ada yang mengatakan nominalnya (besar atau kecil) tergantung siapa pemiliknya (Pa Ropiyanto). Bu Arifiani bercerita menemukan selembar uang itu di antara baju-bajunya dalam lemari.
Ada yang menulis tentang uang itu sendiri, mulai dari sejarah, nominal, warna, jenis, perkembangan dari masa ke masa dll seperti yang diceritakan oleh Pak Budi, Pa Rahmat, Bu Tera, Bu Sulistijowati, Pak Edi, Pak Guspur dan Pak Roni.
Saya sepakat dengan kalimat yang ditulis oleh Bu Noor di blognya bahwa uang bukan segalanya tapi segalanya butuh uang, meski begitu kebahagiaan tak akan pernah bisa dibeli dengan uang.
Well, itulah hasil pengelanaan wawasan saya dengan BW tentang uang merah berdigit enam.
Ah, finally setelah lebih dari 12 jam, saya bisa membuat tulisan ini 😂
Keren...salam kenal bu ditta
BalasHapusHee, terima kasih. Salam kenal juga ya Bu 🤗
Hapus