Sebelum melakukan swab PCR, saya dan beberapa anggota keluarga memang sempat mengalami mata merah. Namun, karena pada saat itu kami sedang membersihkan kamar, lemari, dsb, kami pikir mata merah tersebut karena debu saja. (Baca postingan Ternyata + Covid-19 untuk mengetahui gejala ringan hingga berat).
Fatih juga sempat diare. Tapi, saya pikir itu karena Fatih sedang tidak mau makan. Sehingga pupnya menjadi lebih encer. Sekarang, alhamdulillah mulai membaik dan Fatih sudah mau makan.
Di antara keluarga kami, kakak ipar yang lebih dulu terdeteksi gejala covid. Selain flu, kakak ipar juga sempat kehilangan kemampuan indera penciuman dan perasa. Tidak bisa mencium bau dan hanya merasa sedikit asin saja di lidah saat makan apa pun.
Kronologi selanjutnya sudah terbayang bukan? Kakak ipar melakukan rapid tes antigen. Karena hasilnya positif, maka kami sekeluarga pun harus melakukan PCR (baca kisahnya di sini)
Selama menunggu hasil swab PCR, saya, suami, Fatih (anak saya yang baru mau 14 bulan) dan Bapak tidak menunjukkan gejala lebih lanjut. Ya, seperti orang sehat saja. Nenek dan mamah meriang. Kakak juga sama. Kakak ipar alhamdulillah indera penciumannya mulai berfungsi kembali.
Mungkin karena kondisi tersebut, Bapak jadi sedikit kaget ketika mengetahui hasil swab. Dari seluruh anggota keluarga yang tes PCR, ternyata hanya nenek dan mamah saja yang hasilnya negatif. Innalillahi.
Kini, kami tetap terapkan pola hidup sehat dan jaga jarak. Disiplin isolasi mandiri diperketat sejak keluarnya hasil swab.
Meski kami jadi terbatas dalam ruang gerak, tapi kami tetap bersyukur sudah terdeteksi positif. Karena keluarga kami termasuk yang harus berinteraksi dengan banyak orang dalam kondisi normal.
Kedua orang tua, saya dan suami berprofesi sebagai guru. Meski masih belajar dari rumah, namun kedua orang tua yang sudah PNS setiap hari ke sekolah. Tentu mereka akan bertemu dengan guru yang sudah dijadwalkan masuk sambil melakukan PJJ.
Saya dan suami yang masih guru honorer, pergi ke sekolah hanya sesuai dengan jadwal memberikan materi PJJ (tidak setiap hari). Penjadwalan ini dilakukan untuk mencegah kerumunan.
Sementara itu, kakak ipar baru menjadi CPNS penyuluh pertanian. Dalam kondisi normal, tentu setiap hari kerja harus pergi ke kantor bahkan mungkin sudah mengunjungi para petani.
Sementara kakak meneruskan usaha nenek mengurus toko pancing dan aquarium. Tentu setiap hari harus berhadapan dengan pembeli.
Bayangkan jika kami tidak melakukan tes PCR dan melakukan aktivitas seperti biasa. Mungkin kami akan lebih banyak menularkan kepada yang lain (karena tidak tahu bahwa kami positif covid). Terutama jika orang yang kontak dengan kami dalam kondisi kurang vit.
Maka, betul apa yang dikatakan "bisa jadi musibah yang kami alami saat ini untuk mencegah musibah yang lebih besar".
Dengan mengetahui bahwa kami positif covid, kami bisa mencegah orang lain agar tidak tertular.
Ya Allah, Ya Rabb ...
Terima kasih.
#selaluadahikmah