Malam ini kembali saya diberi kesempatan luar biasa untuk berbagi. Berbagi di kelas Belajar Menulis bersama PGRI Gelombang 23 dan 24.
Kelas dibuka dengan manis oleh Ibu Widya Setianingsih sebagai moderator. Ratu puisi asal Lebak tersebut mampu menyulut semangat peserta untuk mengikuti pelatihan.
Sesuai namanya grup "Belajar Menulis", maka saya mengajak peserta untuk menulis terlebih dahulu. Sederhana saja. Saya meminta peserta pelatihan membaca artikel berjudul "Ketika Kita Berbuat Salah". Lalu, peserta harus membuat tulisan yang berkaitan dengan apa yang sudah saya tulis.
Alhamdulillah 31 peserta membuat tulisan langsung di kolom komentar dan lainnya ada yang langsung dikirim di grup WA.
Dilanjut pemaparan materi dan diskusi, rupanya waktu jua yang harus memisahkan. Masih ada beberapa pertanyaan yang belum terjawab. Oleh karena itu, di tulisan ini saya mencoba mengerjakan PR saya. Hehe: menjawab pertanyaan yang belum sempat dibahas.
P 11
Assalamualaikum ibu Widia, ibu widiaπππ₯°.
Salam kenal saya Icut fiqa
Dari Aceh
Sebelumnya materi hari ini mantap bgi saya, sehingga malam ini saya mengalami contoh dari WB karena jujur wa web tiba2 MLM ini bermasalah heheh. Hmpir buat saya strees, ketik dihp layar tidak besarππ, geser kesana sini,namun Alhamdulillah masih saya ingat kata materi dari ibu berikan, alhasil WB bisa dibasmi
Yang ingin saya tanyakan.
saya terkadang sering muncul ide barengan, seperti, puisi , cerpen, dan artikel, yang mana kita utamakan, soalnya saya bingung buk, sehingga terkadang terserang penyakit WB, alhasil jadi tumpang karya. Saya.π
Terimakasih buk
Jawab:
Wa 'alaikum salam Buk Icut. Saran saya coba buat skala prioritas, jadwal dan buat folder atau file per tema.
Ketika punya ide tentang cerpen, masukkan ke folder cerpen. Ketika punya ide tentang puisi, masukkan ke folder puisi.
Tentukan dari berbagai tema tersebut, mana yang akan diprioritaskan. Maka selesaikan yang utama terlebih dahulu.
Bila perlu buat jadwal. Contoh jadwal menulis puisi hari Rabu. Cerpen Kamis. Artikel Sabtu. Jika bisa istiqomah, insya Allah gak akan terserang WB.
P 12
Ibu Ditta.
Pak Zaki bertanya kembali π
Menurut ibu Ditta;
Virus WB dan virus overthinking itu berbeda.
Bisa jadi overthinking menyebabkan WB.
Ibu Ditta Mohon penjelasannya??
Jawab:
Begini, dari artikel berjudul "Mengenal Apa Itu Overthinking" yang saya baca di situs ugm.ac.id, seringkali kita memang tidak sadar sedang mengalami overthinking.
Overthinking sendiri bahkan ternyata tidak hanya masalah khawatir atas apa yang akan terjadi. Tapi, bisa juga berupa ruminasi, yaitu terlalu memikirkan masa lalu. Misal, jika saja kemarin saya tidak pergi, mungkin saat ini ... dsb.
Bagi seorang penulis, ketika ia mengalami overthinking maka hal tersebut bisa saja menyebabkan writer's block. Overthinking dalam dunia seorang penulis, bisa jadi erat kaitannya dengan sikap perfeksionis.
Misal, ketika kita terlalu "khawatir memikirkan" apakah naskah kita sudah baik? Apakah sudah sesuai EYD? PUEBI?
Buku pertama laris manis. Harus bikin yang bagaimana agar bisa laris manis lagi ya? Apa teman-teman akan suka dengan tulisan saya kali ini? dsb.
Jika kita biarkan "pikiran-pikiran" seperti itu berkembang, bisa jadi hal tersebut "memperlambat" kita dalam menghasilkan sebuah karya.
Bukankah menulis lebih lambat dari biasanya adalah salah satu tanda terkena WB? Oleh karena itu, saya berpendapat bahwa overthinking bisa jadi menyebabkan WB.
P 13
Selamat malam bu Widya
Saya Lastika dari kota Pematangsiantar
Saya mau bertanya buk
Jika saya sdh banyak melahirkan tulisan-tulisan misalkan pada blog, apakah saya harus segera menerbitkan buku solo, dapatkah blog itu yg saya jadikan conten buku saya, lantas bagaimana langkah-langkahnya?
Terimakasih ibu sdh diberikan kesempatan pada ruang diskusi, bertanya dan sharing ,mohon maaf kalau ada yang salah ππ
Jawab:
Halo Bu Lastika ... Salam kenal yaaa ...
Kalau sudah sering menulis di blog, yukkk segera terbitkan jadi buku solo. Banyak loh alumni pelatihan Belajar Menulis PGRI yang sudah menerbitkan buku hasil kumpulan tulisannya di blog.
Tak hanya alumni kelas pelatihan, buku-buku best seller di toko buku besar pun ternyata ada yang merupakan kumpulan tulisan di blog. Contohnya buku Raditya Dika (Kambing Jantan) atau Arry Rahmawan (Studentpreneur Guidebook).
Ada dua cara agar tulisan di blog dapat dibukukan:
1. Menerbitkan sendiri. Kumpulkan tulisan yang terserak di blog. Buat judul yang menarik. Hubungi penerbit (sekarang sudah banyak self publishing), naskah yang kita kirim pasti bisa terbit. Kecuali kalau dikirim ke penerbit besar, pasti ada seleksi dulu ya.
2. Dihubungi editor dari penerbit. Ini seperti kisah Arry Rahmawan. Rutin menulis di blog, tau-tau dihubungi editor buku. Eh, setelah dicetak ternyata laris manis hingga terjual lebih dari 3500 eksemplar dalam waktu singkat. Wow!
Nah, semoga belum puas dengan pemaparan saya yaa ... Biar makin semangat belajarnya. Hehe ...
Terima kasih atas sesi yang luar biasa berkesan. Terima kasih pula bagi Bapak/Ibu yang telah berkenan membuat resumenya.
Mohon maaf bila ada yang kurang berkenan. Semoga bermanfaat.
Salam literasi ππ»
Alhamdulillah ,mkasih Bu jawabannya
BalasHapusTerimakasih bu, sangat bermanfaat sekali penjelasannya.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusDapat ilmu lagi. Terimakasih bu Ditta guru muda sarat karya
BalasHapusAlhamdulillah. Terima kasih juga Bund Cut, Pak Sigid dan Bunda Widuri.
BalasHapus