30.000. Itulah kira-kira jumlah buku yang terbit dalam setahun di negeri kita. Angka tersebut merupakan hasil riset IKAPI pada tahun 2015. Jumlah ini (sebagaimana dijelaskan dalam situs resminya, ikapi.org) tidak termasuk buku yang diterbitkan oleh individu (self publisher) atau organisasi nonpenerbit seperti instansi pemerintah, organisasi nonpemerintah, komunitas independen, partai politik, dan asosiasi profesi.
Apakah 30.000 judul buku sudah masuk kategori banyak? Hmm,
mari kita cek. Berdasarkan data sensus BPS, pada tahun 2015 jumlah penduduk
Indonesia adalah 255,18 juta jiwa. Artinya, dari sekitar 8.500 penduduk, hanya
1 orang yang menerbitkan buku. Oh, no!
Tentu saja itu adalah gambaran kasar dari jumlah buku yang diterbitkan. Lima tahun sudah berlalu. Data tentu sudah berubah. Namun, meski hasil riset IKAPI hingga saat ini belum dimutakhirkan, gambaran tersebut setidaknya bisa menjadi bahan renungan bagi kita. "Mengapa saya tidak menulis buku?"
Mudahnya menerbitkan buku
Banyak faktor yang membuat seseorang belum mampu/mau menerbitkan buku. Malu, merasa belum pantas, merasa tidak bisa/tidak berbakat menulis, dll. Hal inilah yang harus kita tepis terlebih dahulu.
Dewasa ini, banyak sekali kemudahan dalam menerbitkan buku.
Ibarat pepatah, banyak jalan menuju Roma. Maka, dalam menerbitkan buku pun
banyak caranya :
1. Melalui penerbit mayor
Bisa menerbitkan buku di penerbit mayor tentu menjadi impian
bagi seorang penulis. Kita bisa mengirim naskah, kemudian menunggu hasil
seleksi. Jika lolos, naskah kita bisa dibukukan dan didistribusikan dengan
modal yang hampir nol. Namun, dalam mengirimkan naskah ke penerbit mayor ada
beberapa hal yang harus kita perhatikan misalnya genre buku, tata bahasa,
target pasar, dsb.
2. Melalui penerbit indie
Semakin banyaknya program pelatihan menulis, maka penerbit
indie pun banyak yang bertumbuh. Jika kita ingin menerbitkan buku dengan proses
yang cepat, penerbit indie bisa menjadi pilihan. Dijamin pasti terbit, tapi
tetap perhatikan kualitas tulisan ya.
3. Melalui lomba (pemerintah/non)
Saat ini sudah banyak lomba menulis cerpen, puisi, novel dsb
yang pada akhirnya hasil karya peserta lomba tersebut dibukukan. Seperti lomba
menulis setiap hari di blog yang diadakan oleh
PGRI. Jika sukses menulis setiap hari selama bulan Februari 2021, maka
karyanya akan dibukukan oleh Yayasan Pustaka Tamrin Dahlan (YPTD). Menarik,
bukan?
4. Melalui pelatihan
Cara lain untuk bisa menerbitkan buku adalah dengan
mengikuti pelatihan menulis. Pelatihan menulis yang diadakan dalam beberapa
pertemuan biasanya menyediakan jasa coaching hingga peserta mampu menerbitkan
buku.
5. Dengan berkolaborasi
Selain menerbitkan buku secara mandiri, tentu kita bisa berkolaborasi dengan orang lain. Hal ini sangat menyenangkan dan meringankan terutama untuk penulis pemula. Buku keroyokan atau antologi bisa menjadi salah satu pilihan dalam menerbitkan buku.
Blog sebagai media menerbitkan buku
Setelah mengetahui berbagai jalan menuju Roma, eh maksudnya
menerbitkan buku, tentu kita harus tau media apa yang bisa kita gunakan untuk
menulis. Saat ini banyak sekali platform yang bisa kita manfaatkan untuk
menulis misalnya Wattpad, Storial, Jotterpad, Penana, Steller, dan masih banyak
lagi.
Selain berbagai platform menulis online tersebut, kita juga
bisa loh memanfaatkan blog sebagai media untuk menulis buku! Sudah banyak
blogger ternama yang berhasil menerbitkan buku berdasarkan postingan-postingan
yang diambil dari blog pribadinya. Nggak percaya? Tengok deh Omjay
(wijayalabs.com), Raditya Dika (sekarang lebih sering di platform YouTube Radityadika.com), Arry Rahmawan
(arryrahmawan.net), Trinity (Naked-Traveler.com), Endang Indriani
(justtryandtaste.com), dll.
"Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang
terjadi", begitu kata Omjay, salah satu blogger ternama penggagas kelas menulis
online melalui WA Group. Yap, tinggal rutin menulis saja di blog. Berbagai
postingan dari blog kita, bisa jadi bahan naskah buku. Tinggal dipilih saja
berbagai tema yang sesuai. Edit kembali dan taraaa ... siap deh naskah untuk
diterbitkan. Mudah, bukan?
Menulis di blog sudah seperti mencicil naskah buku. Sedikit
demi sedikit, lama lama jadi buku. Wow!
Lalu, apa yang sebaiknya kita tuliskan di blog agar bisa
menjadi sebuah buku? Jawabannya tergantung pada passion masing-masing. Omjay
dan Raditya Dika menuliskan pengalaman hariannya. Arry Rahmawan menuliskan
berbagai tips dan trik bisnis. Trinity menuliskan pengalamannya saat menjadi
traveler. Endang Indriani menuliskan berbagai resep masakan. Sekarang coba
tanyakan, "Apa passion saya dalam menulis?"
Seorang blogger sebaiknya memang memiliki tema/topik khusus
(niche) untuk blognya. Niche bisa membantu kita untuk fokus menulis pada konten
tertentu. Jika konsisten, kita bisa mendapat predikat ahli dalam tema tersebut
dan menjadikan blog kita sebagai sumber referensi bagi para pembaca. Psstt ...
hal ini juga bisa membuat kita lebih mudah dilirik penerbit loh!
Namun, tak perlu khawatir jika Anda belum memiliki niche.
Niche bukanlah suatu kewajiban. Blog Anda adalah milik Anda. Apa pun yang ingin
Anda tuliskan, bisa dituangkan ke dalam blog. Teruslah menulis hingga Anda
temukan passion dan niche Anda. Lalu, ambil langkah untuk mengabadikan tulisan
Anda dalam bentuk buku.
Well ... sudah siap menulis di blog dan membuat buku dari
hasil postingan Anda? Why not?!
Yuk, nulis!
Ditta Widya Utami, S.Pd.
NPA. 10162000676
Tidak ada komentar:
Posting Komentar