Menanamkan dan menumbuhkan nilai-nilai karakter dalam diri peserta didik bukanlah hal yang
mudah. Terlebih di masa pandemi seperti yang kita alami saat ini. Oleh karena itu, guru harus kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran agar karakter siswa tetap terbentuk meski dilakukan dengan jarak jauh.
Tangguh dalam belajar = berjuang
Dalam KBBI, kata tangguh dimaknai sebagai (1) sukar dikalahkan; kuat; andal; (2) kuat sekali (tentang
pendirian dsb); tabah dan tahan (menderita dsb); kukuh. Memiliki sikap tangguh dalam belajar tentu merupakan hal penting bagi seorang pelajar terlebih di masa pandemi seperti saat ini.
Sejak jumlah penderita corona kembali meningkat di Kabupaten Subang, komunikasi antara guru dan
peserta didik sepenuhnya beralih ke dalam jaringan (daring). Memasuki pertengahan semester, tampaknya peserta didik di tempat penulis mengabdi sudah mulai mencapai titik jenuh. Jika di awal semester masih ada sekitar 50-75% siswa yang aktif dari total 32 siswa per kelas, kini jumlahnya bahkan tidak mencapai angka 10 orang per kelas.
Jenuh. Itulah hipotesis awal saya terhadap kondisi anak-anak (baca: peserta didik) saat ini. Oleh karena
itu, saya meminta kepada anak-anak untuk berani menuliskan kondisi dan perasaannya masing-masing dengan jujur selama belajar dari rumah. Sebanyak 30 orang siswa telah mengirimkan tulisan melalui chat pribadi pada 15-17 September 2020. Hasilnya, ternyata mereka memang sedang mengalami kejenuhan. Mulanya banyak yang merasa senang namun pada akhirnya mereka pun mulai bosan.
Beberapa alasan yang dikemukakan adalah karena pada pembelajaran daring, saat ada materi yang
tidak mereka mengerti, mereka tidak bisa bertanya langsung kepada gurunya. Mereka memang masih bisa mencari jawaban dengan berselancar di internet, bertanya ke teman dengan chat, maupun bertanya kepada kakak atau orang tua. Tapi, mereka tetap lebih memilih untuk dapat bertatap muka langsung dengan gurunya. Hal ini sekaligus menunjukkan betapa pun teknologi telah berkembang pesat, namun peran guru tetap tak tergantikan.
Ketiga puluh orang siswa yang telah mengirimkan tulisan, sedikit banyak telah menunjukkan bahwa
mereka adalah pribadi-pribadi yang tangguh dalam belajar. Saat ditanya mengapa mereka tetap sanggup belajar walau teman-teman yang lain banyak yang berguguran, ternyata jawabannya luar biasa. Sebagian mereka mengaku bahwa saat jenuh melanda, mereka mengingat kembali perjuangan orang tuanya untuk membeli kuota dan menyekolahkan. Ada yang kembali bangkit belajar dengan ingat cita-cita ingin menghajikan orang tua. Ada yang termotivasi karena ingin menjadi manusia yang lebih baik dari kedua orang tuanya, dsb.
Seolah darah para pahlawan mengalir dalam tubuh mereka. Ketiga puluh anak tersebut
mencerminkan sikap nasionalis dengan mewujudkan salah satu cita-cita para pahlawan kemerdekaan, yaitu semangat belajar untuk masa depan Indonesia yang lebih cerah.
Praktik Mandiri untuk Kemandirian Belajar
Tak hanya proses penilaian yang bergeser menjadi online, kegiatan praktikum pun harus direncanakan
sedemikian rupa agar tetap dilaksanakan walau peserta didik di rumah saja. Menyiapkan lembar kerja peserta didik (LKPD) atau memberi arahan yang jelas telah menjadi salah satu faktor pendukung
suksesnya praktik mandiri.
Di pembelajaran IPA misalnya, saya pernah menugaskan peserta didik untuk melakukan pengukuran
secara mandiri dengan menggunakan satuan baku dan tidak baku. Feedback diberikan di forum diskusi dalam chat group.
Integritas dan Religius
Orang cerdas itu banyak. Tapi belum tentu semua orang yang cerdas memiliki karakter yang baik. Saat
ucapan sesuai dengan apa yang ada dipikiran dan perbuatan, maka dapat dikatakan orang yang melaksanakannya memiliki integritas. Disiplin sesuai jadwal pembelajaran jarak jauh dan bertanggung jawab menyelesaikan tugas bisa dijadikan indikator sederhana bahwa peserta didik maupun guru
memiliki integritas.
Mengawali kegiatan pembelajaran dengan doa dan saling mengingatkan jika sudah masuk waktu
shalat adalah contoh sederhana yang dapat dilakukan dalam menanamkan nilai religius.
Bekerja sama
Bekerja sama merupakan salah satu keterampilan abad 21 yang harus dimiliki oleh generasi penerus
bangsa. Tabir yang menjadi batas antara ruang dan waktu sudah tidak ada. Peserta didik mampu belajar dimana pun, kapan pun dan dengan siapa pun. Berkolaborasi secara kreatif dan komunikatif.
#CerdasBerkarakter, #BlogBerkarakter, #SeruBelajarKebiasaanBaru, dan #BahagiaBelajardiRumah
Nama : Ditta Widya Utami, S.Pd.
Email : dittawidyautami@gmail.com
Blog : https://dittawidyautami.blogspot.com
IG : @dittawidyautami
Youtube: ditta widya utami
Tidak ada komentar:
Posting Komentar