Saya ini tak jago puisi. Tapi entah kenapa, selalu saja didekatkan dengan hal-hal berbau puisi.
22 Maret 2022, saya mendapat informasi dari kepala sekolah tentang Anugerah Gerbang Cita. Salah satu program dari Bidang Pembinaan SMP Disdikbud Subang.
Saya segera menghubungi para guru bahasa Indonesia. Tentu saja untuk bertanya terkait siswa yang memiliki potensi dalam membaca puisi, berpidato dan bercerita.
Hehe, saking semangatnya, saya jadi melewatkan bagian penting. Di bagian ketentuan lomba, tertulis bahwa peserta adalah perwakilan komisariat. Wadidaw.
Saya lantas mengonfirmasi ulang kepada para guru bahwa peserta yang dikirim adalah juara 1, 2, 3 di komisariat masing-masing. Jika bukan juara lomba di komisariat, boleh perwakilan yang ditunjuk oleh komisariat.
Kabupaten Subang memiliki 6 komisariat. Cipeundeuy termasuk komisariat Kalijati. Sekolah-sekolah yang ada di Kecamatan Cipeundeuy, Kalijati dan Purwadadi tergabung dalam satu komisariat.
Jumat, 25 Maret 2022
Saya dihubungi oleh Bu Hj. Yayan. Beliau merupakan salah satu guru SMPN 1 Cipeundeuy dan aktif di MGMP B. Indonesia.
Beliau menginformasikan bahwa Satcip (sebutan untuk sekolah kami, kependekan dari Satu Cipeundeuy) harus menyiapkan dua siswa. Komisariat Kalijati telah berbagi tugas.
Kejutan rupanya masih belum berhenti. Kami harus menyiapkan dua orang siswa kelas VII atau VIII untuk ikut lomba baca puisi.
Sajak Sebatang Lisong karya W.S. Rendra dan Tanah Sunda karya Ajib Rosidi adalah dua puisi yang harus dibaca oleh peserta.
Tentu saja saya menelan ludah. Bagaimana tidak? Bagi saya, dua puisi dari dua sastrawan legendaris itu sudah high class. Kelas berat pokoknya! Tengok saja karyanya berikut:
SAJAK SEBATANG LISONG
Karya W.S RendraMenghisap sebatang lisongmelihat Indonesia Raya,mendengar 130 juta rakyat,dan di langitdua tiga cukong mengangkang,berak di atas kepala merekaMatahari terbit.Fajar tiba.Dan aku melihat delapan juta kanak-kanaktanpa pendidikan.
Aku bertanya,tetapi pertanyaan-pertanyaankumembentur meja kekuasaan yang macet,dan papantulis-papantulis para pendidikyang terlepas dari persoalan kehidupan.
Delapan juta kanak-kanakmenghadapi satu jalan panjang,tanpa pilihan,tanpa pepohonan,tanpa dangau persinggahan,tanpa ada bayangan ujungnya.……………………..
Menghisap udarayang disemprot deodorant,aku melihat sarjana-sarjana menganggurberpeluh di jalan raya;aku melihat wanita buntingantri uang pensiun.
Dan di langit;para tekhnokrat berkata:
bahwa bangsa kita adalah malas,bahwa bangsa mesti dibangun;mesti di-up-gradedisesuaikan dengan teknologi yang diimporGunung-gunung menjulang.Langit pesta warna di dalam senjakalaDan aku melihatprotes-protes yang terpendam,terhimpit di bawah tilam.
TANAH SUNDA
Sajak Ajip Rosidi
Héjo pagunungan
Paul lautan
Héjo
Paul
Langit na haté kuring
Masing di mana kuring nangtung
Masing ka mana kuring leumpang
Tanah lémbok tempat bumetah
Angin nyéot nyiuman tarang
Masing di mana anjeun nunjuk
Masing iraha anjeun cumeluk
Kuring mo mungpang kuring rék datang
Neueulkeun tarang neueulkeun jantung
Kuring tungtung teuteupan
Kuring tungtung
Teuteupan
Tungtung bedil
Ngincer dada
Kuring geus nyaksian getih ngabayabah
Getih maranéhna nu mikacinta anjeun
Kuring geus nyaksian panon carelong tanggah
Jasad nu ruksak ngalungsar na dada anjeun
Héjo pagunungan paul lautan
Taya kamarasan ngan katugenahan
Héjo pagunungan paul lautan
Taya katengtreman ngan ancaman
Ngan lantaran kuring cinta
Ngan lantaran kuring tresna
Langit hibar lembur musnah
Jalan lecek ngabalungbung ka kota
Kembang beureum buah biru
Kembang wéra kembang jayanti
Tanah tempat kuring sideku
Ngurugan mun kuring tepi ka pati
Jatiwangi, 1956
Nah, bagaimana menurut Anda tentang dua sajak di atas? 😁
Hari Sabtu, saya akhirnya mendapatkan dua peserta didik yang siap ikut lomba. Tak harus pergi ke kota. Cukup direkam dengan kamera saja.
Tapi yang bikin was-was adalah batas waktu pengumpulannya. Senin, 28 Maret 2022 pukul 24.00 WIB. Kurang lebih hanya dua hari tersisa.
Sekolah yang menerapkan lima hari kerja membuat siswa harus berlatih mandiri. Awalnya proses perekaman akan dilakukan pada hari Minggu siang. Namun, akhirnya diputuskan pengambilan video dilakukan hari Senin saja.
Proses syuting di taman depan sekolah (foto: Bu Sari) |
Senin pagi, Moch. Albin (7E) dan Zahro Tusita (7B) hadir ke sekolah. Mereka sempat berlatih dengan Bu Sari dan Bu Hj. Yayan.
Proses pengambilan video dilakukan setelah jeda belajar. Dibantu oleh Pa Ramdan di taman halaman depan.
Waaaah ... ternyata butuh berkali-kali "action" untuk menghasilkan video membaca puisi yang utuh. Syukurlah ada pengurus OSIS yang juga turut membantu.
Lewat zuhur, proses syuting masih berlanjut. Saya, Bu Sari dan Pa Ramdan masih bertahan menemani anak-anak.
Saya sampai harus ikut ruang elaborasi pemahaman bersama instruktur PGP di pos satpam. Belajar bersama bapak ibu calon guru penggerak untuk menguatkan konsep modul 3.3. Saya memilih pos satpam karena letaknya berseberangan dengan taman. Dengan demikian saya masih bisa melihat proses perekaman anak-anak.
Alhamdulillah, sekitar pukul 14.20 WIB proses perekaman video selesai. Pengeditan selanjutnya diserahkan ke Pa Ramdan.
Malam ini, kedua video sudah berhasil diunggah di YouTube sekolah. Usai konfirmasi ke panitia, ternyata saya baru dapat kabar pengumpulan video diperpanjang hingga esok hari 😅
Note:
Tiap orang mungkin bisa baca puisi. Tapi ... yang bisa baca dan mau tampil mewakili sekolah bisa jadi hanya satu dua saja.
Moch. Albin dan Zahro Tusita adalah anak-anak yang luar biasa. Walau latihan sekejap mata dan terus diburu waktu pengumpulan karya, mereka tetap mau tampil. Bertahan hingga detik akhir.
Tak mengapa bila masih belum sempurna. Belajar itu selalu butuh proses. Bagi keluarga besar Satcip khususnya, mereka tetap luar biasa.
Yuk tonton video Albin dan Zahro saat membaca puisi. Ojo lali (jangan lupa) like-nya yooo ... 👍🏻
Link video Albin:
https://www.youtube.com/watch?v=sjLWt37cD2c&t=130s
Link video Zahro:
Wahhh...senasib kita, bu, hehe. Saya menemani murid yg syuting sampai maghrib.
BalasHapusSemoga menang
BalasHapusSemangat Bu😘🥰
BalasHapus