Menilai peserta didik adalah salah satu tugas seorang guru. Mulai dari nilai harian maupun ujian, baik nilai pengetahuan, keterampilan maupun sikap.
Hari ini, setelah lebih dari 24 jam mengolah nilai, akhirnya saya bisa mengunggah nilai anak-anak ke sistem e-rapot.
Tak hanya nilai per Kompetensi Dasar (KD), nilai PTS (Penilaian Tengah Semester), PAS (Penilaian Akhir Semester), nilai keterampilan, nilai sosial dan nilai spiritual pun harus diinput.
Setelah itu, baru simpan deskripsi nilai dan kirim nilai agar bisa dicetak rapotnya oleh operator sekolah.
Jika berperan ganda sebagai wali kelas, maka harus mengisi data tambahan lagi. Misalnya kehadiran siswa, prestasi yang pernah diraih siswa, serta catatan wali kelas.
Alhamdulillah, karena pengolahan nilai bisa dilakukan di rumah, jadi saat di sekolah saya hanya tinggal meng-upload saja. Sekitar Dzuhur sudah selesai.
Di masa pandemi ini, sebetulnya saya sedikit merasa buta. Dalam artian, saya tidak tahu apakah nilai yang diperoleh siswa merupakan hasil belajarnya, atau justru hasil kerja orang tuanya.
Pun dalam melaksanakan ulangan, apakah siswa mencoba mandiri atau melihat-lihat catatan. Tapi, tentu ada pemakluman.
Biar bagaimana pun, ketika di sekolah siswa merasa kesulitan, tentu mereka akan dengan mudah bertanya pada guru. Jika di rumah? Bisa jadi orang tua atau saudara bahkan guru privat yang menjadi pengganti guru.
Pada intinya, arahan itu akan selalu ada. Disadari atau tidak. Disengaja atau tidak. Bersama guru ... atau pun tidak.
Pembelajaran daring tanpa virtual meeting (karena keterbatasan peserta didik baik segi sarana maupun kemampuan) membuat saya belum bisa mengenali seluruh peserta didik saya.
Oleh karena itu, saya selalu berdoa agar nilai yang telah saya berikan sungguh tepat dan objektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar