Beberapa hari belakangan ini merasa badan sudah kurang fit. Hari ini cairan banyak yang meluncur bebas dari hidung. Resmi sudah saya terserang flu.
Suami pun sama. Malah sepertinya kondisinya tidak sebaik saya. Malam dan pagi masih menggigil. Berselimut padahal biasanya tak pernah.
Usai memandikan dan memberi makan Fatih (anak saya). Saya pun ikut bed rest di rumah orang tua yang memang tak jauh dari kami. Hanya terhalang satu rumah.
Saat sakit begini, saya masih ingat ketika Fatih demam (18/05) karena mau tumbuh gigi. Sekalipun sedang demam, ia masih semangat untuk ikut shalat. Masya Allah.
Fatih saat demam tapi tetap ikut shalat. Sholeh ya Nak 😘 |
Berbicara masalah sakit, keluarga kami sedang berjuang. Bi Narti, istri dari adik Bapak saya terserang stroke. Komplikasi sebetulnya. Diabet, hipertensi dan penyumbatan pembuluh darah di kepala.
Sampai ia sempat tak bisa bicara dan berjalan pun susah. Sudah sejak Sabtu (22/05) bibi dirawat di R.S Santo Borromeus Bandung.
Selasa (25/05), saya menyempatkan diri untuk menjenguk. Kebetulan Bapak ada keperluan ke Bandung. Jadi, nenek, Bapak, Mamah, saya dan Fatih ikut.
Kakak dan Kakak Ipar serta Banis (anak kakak) tidak ikut karena ada tugas. Sama seperti suami saya yang juga masih ada tugas yang tak bisa ditinggalkan.
Kakak Banis sedang menunggu kereta lewat di Pabuaran |
Kami tahu bahwa kami tak bisa masuk. Penjagaan di sana sangat ketat. Yang menunggu pasien saja hanya dibolehkan satu orang. Itulah mengapa Asti (anak bibi) bergantian jaga dengan Yana (kakaknya) dan Mang Asep (suami bi Narti).
Fatih, Bapak (Abah Fatih) dan Mamah |
Sekitar ashar kami tiba. Benar saja kami harus skrining terlebih dahulu. Ditanyai gejala selama dua Minggu terakhir. Apakah ada batuk, demam, nyeri tenggorokan, dll (6 poin).
Kami juga ditanyai apakah ada kontak dengan pasien atau terduga terpapar covid-19. Pernah rapid tes atau PCR serta tanggal berapa dan bagaimana hasilnya.
Tak lupa kami pun dicek suhu. Jika lolos, diberi stiker berwarna hijau. Karena hanya satu yang boleh masuk, jadi kami putuskan mamah saja yang masuk.
Fatih, nenek dan Abah tetap di parkiran. Sementara saya menunggu di luar gedung rawat inap.
Mang Asep, Asti (kiri) dan keluarga kami |
Alhamdulillah meski belum bisa bicara banyak, bi Narti sudah bisa bilang aamiin saat mamah mendoakan. Nangis juga. Sorenya dokter saraf bilang sudah boleh pulang. Tinggal menunggu hasil dari dokter penyakit dalam.
Oh iya, saat menunggu Abah mencari tinta untuk mesin fotocopy di BEC (Bandung Electronic Center), sisanya menunggu di Gramedia. Letaknya memang berseberangan dengan BEC.
Fatih semangat sekali menaiki tangga. Sayang, buku incaran mama sedang kosong stoknya. Eh, saat akan pulang Fatih nunjuk boneka gajah.
Di antara beberapa hewan, memang Fatih belum pernah melihat bentuk tiga dimensi gajah. Sementara kuda, sapi, domba, kambing, bebek, angsa, kalkun, iguana, kelinci, ular, tikus, burung, ikan, kadal, katak, kupu-kupu, Fatih sudah pernah melihat aslinya.
Hewan lain seperti harimau, singa, kudanil dan jerapah, Fatih sudah lihat 3D-nya versi mainan. Sedangkan gajah, Fatih baru melihat gambar 2D saja. Jadi mungkin karena itu Fatih sangat tertarik dengan boneka gajah.
Saat disimpan kembali ke rak, Fatihnya malah menangis 😂 Ya sudah, kali ini saya mengizinkan Fatih memiliki boneka gajah. Hee ... dirawat baik-baik ya De, boneka gajahnya 😊
Fatih dan teman baru : Gajah Doru |
Ya Allah sehatkanlah kami. Jadikan sakit dan sehat kami sebagai jalan untuk semakin dekat dengan-Mu. Aamiin.
Para pembaca yang baik hatinya, semoga selalu dalam keadaan sehat ya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar