Saat ingin menulis, terkadang kita (atau mungkin hanya saya?) sibuk memikirkan tema/ide tulisan. Padahal, kita bisa menulis tentang apa pun. Tak melulu harus hal-hal yang serius atau berbau ilmiah. Tulisan tentang keseharian pun bisa kita tuangkan di blog atau media sosial lain.
Jika sering dilakukan, kisah tentang keseharian kita yang terserak tersebut bisa kita kumpulkan. Kita bisa edit atau tambahkan unsur fiksi kemudian menyulapnya menjadi buku.
Banyak loh buku best seller yang ternyata terinspirasi dari kisah nyata. Laskar Pelangi, Negeri 5 Menara, The Naked Traveler, 9 Summers 10 Autums, 5 cm, I am Sarahza, dan masih banyak lagi buku novel yang based on true story.
Tak hanya dari keseharian, kita bahkan bisa menulis berdasarkan peristiwa-peristiwa sejarah. Menuangkan bagaimana kehidupan kala itu. Membungkusnya dalam untaian kata sarat makna. Tengok saja buku-buku seperti Bumi Manusia, Laut Bercerita atau Amba.
Selain dalam versi novel, tentu kisah keseharian pun bisa ditulis dalam bentuk autobiografi atau biografi. Teruslah menulis tentang keseharianmu, siapa tahu nanti bisa terwujud buku seperti buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong.
Nah, berbicara tentang keseharian, saya pernah menulis kisah-kisah selama menjadi guru yang mewujud dalam bentuk buku. Lelaki di Ladang Tebu merupakan buku solo pertama saya yang ceritanya diangkat dari kisah nyata. Meski dinarasikan ulang dan dibungkus dalam bentuk cerpen-cerpen fiksi.
Sebagai seorang guru, tentu akan ada hal-hal unik yang kita temukan baik di dalam maupun di luar kelas. Karena saya senang menulis cerpen, setiap ada kejadian unik atau berkesan, saya tulis dalam bentuk cerpen. Draft-draft cerpen tersebut tersimpan rapi di folder laptop. Hingga akhirnya lahir dalam bentuk buku di bulan April 2020.
Berikut adalah beberapa kutipan endorsemen atas buku saya tersebut :
"Menyimak kisah keseharian guru dalam menghadapi peserta didiknya sungguh suatu kesempatan berbagi petualangan yang menakjubkan. Jalinan cerita yang mengalir dan natural. Hubungan guru dan murid yang tergambar hangat serta kepoloson dari para peserta didik dan kekuatan cinta dari para guru membuat kita trenyuh dan menitikkan air mata haru.
Hal ini tercermin dari mulai kisah Si Kuli Pasir sampai Lelaki di Ladang Tebu. Walau dengan kondisi ekonomi yang sederhana seperti Pak Guru di kisah Kuli Pasir hanya bermodalkan motor Honda lawas namun perjuangan para guru yang ikhlas dan tak kenal menyerah patut diacungi jempol.
Sebegitu besarnya pengorbanan mereka dapat kita simak di kisah-kisah selanjutnya dalam buku ini." Prawiro Sudirjo - Ketua Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat (KPPJB)
"Sebuah karya fiksi yang menarik untuk dinikmati. Sarat amanat moral untuk mengedukasi pembaca. Sajian cerita tertata apik, sehingga pembaca seolah hanyut dalam alur cerita yang dipaparkan penulis. Penggunaan gaya bahasa yang memikat, membuat pembaca terlena dalam menikmati sajian bacaan ini." Arum Handayani, M.Pd. - praktisi pendidikan, pegiat literasi, ketua Komunitas Lisangbihwa
"Berbagai peristiwa menarik tentang pendidikan baik yang terjadi di keluarga atau pun disekolah di cerikan dengan lugas, bahasa yang ringan sehingga enak dibaca dan mudah dipahami. Terima kasih bukunya Bu Ditta. Karya yang indah. Bisa menginspirasi para guru bagaimana bertindak jika pesertadidiknya bermasalah. Bahasanya renyah, enak dicerna. Sayang kalau guru gak baca." Hj. Rita Rosidah, M.MPd. - Ketua MGMP IPA Kabupaten Subang.
"Bukunya enak dibaca, bahasanya ringan, yang lebih penting, kisahnya menyentuh sebagian orang agar tidak mudah menilai seseorang dari yg "terlihat" sebelum melihat secara langsung alasannya. Melalui buku ini, penulis memperlihatkan bahwa di dunia ini tidak ada orang yang bodoh dan tidak bermanfaat melainkan dia belum menyadari bahwa dirinya bermanfaat." Gita Handika W. - guru di Cirebon
"Bicara tentang cara mendidik yang baik? Tidak akan ada habisnya. Di buku ini, Ditta mengajak pembacanya ikut larut dalam seluk beluk, haru biru dan keseruan dunia pendidikan khususnya sekolah.
Buku ini menyadarkan saya, betapa sebagai guru harus punya seribu cara memahami siswa, harus punya selaksa sabar dan pandangan positif kepada siswa. Yang mana menjadi PR besar bagi para guru, termasuk saya.
Buku ini juga mengajak orang-orang terdekat anak untuk ikut serta dalam usaha menyukseskan pendidikan seorang anak melalui kisah-kisah inspiratifnya. Rekomended banget buat yang penasaran serunya menjadi pendidik di sekolah." Ratna Dhevi F. - penikmat sastra
Mungkin Anda pun pernah mendengar istilah apa yang menurut kita sederhana, bisa jadi sangat berarti bagi orang lain. Buku saya ini tentu masih jauh dari kata sempurna. Namun, setidaknya saya tetap memiliki harapan bahwa buku ini bisa bermanfaat.
Buku Lelaki di Ladang Tebu adalah bukti bahwa dari kisah keseharian pun bisa berbuah menjadi tulisan bahkan lahir menjadi sebuah buku. So, menulis tentang keseharian kita, why not?
Catatan :
Bagi teman-teman yang berminat memiliki bukunya bisa hubungi saya yaa di nomor 085659083111
Terima kasih,
semoga bermanfaat dan menginspirasi 😊🙏🏻
(Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog PGRI bulan Februari 2021)
Ditta Widya Utami, S.Pd.
NPA. 10162000676
Keren Bu, inspiratif 👍
BalasHapusAsik bu Ditta
BalasHapusTerima aksih tukisannya. Sangat inspiratif
BalasHapusKeren abis! Bu....
BalasHapusAlhamdulillah, terima kasih Bu Tuti, Pak Yulius, Omjay dan Bu Rd. Nurliyah 😊🙏🏻
BalasHapus