Pandemi Covid-19 membuat siswa
dan guru tak bisa bertatap muka secara langsung. Walaupun demikian, proses
pembelajaran harus tetap berjalan. Pasca diterapkannya social dan physical
distancing sebagai salah satu bentuk pencegahan Covid-19, proses belajar formal
yang seyogyanya dilakukan di sekolah kini harus dirumahkan. Para guru, mau tidak mau harus belajar menggunakan
teknologi agar proses belajar daring bisa terlaksana.
Dalam SE Mendikbud RI No. 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan
Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19)
disebutkan bahwa proses belajar dari rumah dilaksanakan dengan ketentuan :
- Belajar dari rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan;
- Belajar dari rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai pandemi Covid-19;
- Aktivitas dan tugas pembelajaran Belajar dari Rumah dapat bervariasi antarsiswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses/fasilitas belajar di rumah ;
- Bukti atau produk aktivitas Belajar dari rumah diberi umpan balik yang bersifat kualitatif dan berguna bagi guru, tnpa diharuskan memberi skor/nilai kuantitatif.
Dalam hal ini, saya jadi teringat cerita teman saya yang satu profesi namun
berbeda sekolah bahwa ada orang tua yang mendatangi beliau lalu berkata akan
mencari pinjaman uang agar anaknya dapat belajar daring. Duh! Mencukupi
kebutuhan sehari-hari saja sudah susah, apalagi jika berhutang hanya untuk
membeli gawai? Maka, teman saya pun menjelaskan bahwa tidak wajib bagi anak
untuk membeli gawai, toh anak masih bisa belajar dengan menggunakan buku-buku
yang ada.
Sebagaimana judul tulisan kali ini, sesungguhnya yang paling penting adalah
bagaimana menciptakan pola belajar yang efektif. Menurut KBBI, efektif
adalah ada efeknya (akibatnya,
pengaruhnya, kesannya) atau bisa juga berarti dapat membawa hasil ;
berhasil guna (tentang usaha, tindakan). Dengan demikian, inti dari
pembelajaran yang efektif adalah bagaimana proses belajar yang dialami siswa
bisa memberikan hasil yang baik atau memberi pengalaman bermakna khususnya bagi
siswa itu sendiri.
Dengan beberapa pertimbangan
seperti yang telah saya kemukakan, maka tugas dari saya sederhana saja. Saya
meminta anak mempelajari tentang proses terjadinya efek rumah kaca kemudian
menuangkannya dalam bentuk gambar (boleh diwarnai, boleh tidak). Saya harap,
tugas ini bisa membuat anak ”Learning to Know” karena anaklah yang aktif
mencari materi.
Bagi yang memiliki akses
internet, anak bisa memanfaatkan teknologi. Bagi yang tidak, bisa mempelajari
dari buku yang ada. Hasilnya bisa dilaporkan melalui aplikasi WhatsApp atau
saat kami bisa betatap muka kembali. Berikut ini adalah contoh hasil belajar
siswa :
Terkait pendidikan kecakapan
hidup mengenai pandemi Covid-19, saya bertanya melalui WA Group Kelas yang saya
ampu (disampaikan melalui wali kelas), apa yang sudah anak-anak lakukan untuk
mencegah penularan corona. Jawaban disampaikan melalui pesan pribadi langsung
kepada saya.
Secara umum, jawaban dari para siswa adalah sering mencuci tangan dengan sabun, berjemur, menjaga lingkungan agar tetap bersih, dan menggunakan masker bila harus keluar rumah. Dari jawaban-jawaban tersebut, saya mengetahui bahwa anak-anak paham dengan apa yang harus mereka lakukan selama pandemi Covid-19. Bahkan ada siswa yang memberi jawaban unik seperti berikut :
Secara umum, jawaban dari para siswa adalah sering mencuci tangan dengan sabun, berjemur, menjaga lingkungan agar tetap bersih, dan menggunakan masker bila harus keluar rumah. Dari jawaban-jawaban tersebut, saya mengetahui bahwa anak-anak paham dengan apa yang harus mereka lakukan selama pandemi Covid-19. Bahkan ada siswa yang memberi jawaban unik seperti berikut :
Di Wilayah Kabupaten Subang,
proses belajar di rumah semula direncanakan hanya berlangsung selama dua minggu
terhitung sejak tanggal 16 Maret 2020 hingga 28 Maret 2020. Namun, wabah corona
yang belum mereda mengakibatkan proses belajar di rumah diperpanjang hingga
akhir Mei.
Perpanjangan waktu tersebut
membuat saya kembali berpikir untuk membuat proses belajar yang bermakna dan
menarik. Oleh karena itu saya mencoba membuat video pembelajaran sederhana yang
saya unggah di channel Youtube saya, yaitu :
Alhamdulillah, sejak diunggah pada 31 Maret 2020, video ini telah dtonton lebih
dari 400 kali.
Materi tentang Tata Surya adalah materi terakhir di semester genap untuk siswa-siswi kelas VII. Sebenarnya, saya hanya meminta siswa untuk belajar dari video tersebut sebagai salah satu bentuk literasi digital. Namun, ternyata ada siswa yang berinisiatif untuk merangkum materinya seperti berikut :
Pandemi Covid-19 telah menggeser
pola pembelajaran konvensional menjadi modern. Telah membuat pembelajaran
menjadi lebih berfokus pada siswa (siswa yang lebih aktif). Guru dan siswa jadi
lebih banyak belajar tentang teknologi untuk pembelajaran daring. Namun
demikian, pembelajaran di kelas dimana guru dan siswa bertemu tetap tak akan
tergantikan. Karena ruang kelas itulah, karakter-karakter siswa dibentuk oleh
para guru kehidupan.
Semoga wabah ini cepat berlalu dan semoga tulisan ini bermanfaat serta
menginspirasi.
mantul peserta 08
BalasHapusTerima kasih Omjay
HapusMantap
BalasHapusTerima kasih Pak
HapusHebat bu,siip.
BalasHapusTerima kasih Bu
HapusKebangkitan Teknologi Virtual Maret 2020 www.sarastiana.com
BalasHapusSiap berkunjung
HapusKeren... Suka contoh-contoh kongkritnya!
BalasHapusKeep inspiring!
Alhamdulillah, terima kasih
Hapus