Mulanya, saya meminta siswa untuk mencari informasi (learning to know) terkait proses terbentuknya rumah kaca. Informasinya dituangkan dalam bentuk gambar.
Jika sudah masuk kembali, rencananya saya akan meminta siswa untuk menceritakan apa yang telah mereka buat. Dengan demikian, saya bisa mengecek apakah siswa paham dengan materi ini.
Namun, ternyata status darurat corona yang diperpanjang hingga akhir Mei menyebabkan proses pembelajaran daring yang semula dijadwalkan hanya 2 minggu (17-28 Maret 2020), kini diperpanjang menjadi 4 minggu (hingga 12 April 2020).
Untuk bisa memberikan feedback tugas daring, akhirnya saya meminta kepada wali kelas untuk mengumumkan di WAG agar yang telah menyelesaikan tugas, mengirimkan foto sebagai bukti.
Bukan tidak ingin menggunakan google classroom, zoom, google form, dll. Keadaan ekonomi anak yang rata-rata dari kalangan menengah ke bawah, membuat kami (para guru di sini) lebih banyak yang memanfaatkan WA selama proses pembelajaran daring.
Yang mengejutkan sekaligus membuat saya senang adalah ada anak yang saat di kelas sebetulnya biasa-biasa saja. Bahkan sering tertinggal mengerjakan tugas. Tapi ....
Dengan sopan ia mengirim pesan WA kepada saya, bertanya tentang tugas. Saat saya tanya apakah sudah mulai dikerjakan?
Si anak menjawab jujur bahwa ia belum mengerjakan karena harus mengerjakan tugas-tugas yang lain terlebih dahulu.
Saya jawab tidak apa-apa. Ia bertanya tentang tugas pun, sudah merupakan hal yang baik.
Saya tak menyangka, beberapa hari kemudian anak tersebut mengirimkan tugasnya.
"Maaf kalo panah nyah kalo gak pas," begitu pesan si anak setelah mengirim tugas.
Tentu saja saya tersenyum. Mau mengerjakan saja sudah nilai plus. Apalagi sampai mau mengumpulkan.
Proses itu, lebih penting, Nak. Terima kasih telah mau bersusah payah mencari tahu tentang efek rumah kaca, menuangkannya dalam bentuk gambar, lalu melaporkannya pada Budit. 😊
Semoga kelak, engkau jadi orang sukses yang berguna bagi nusa dan bangsa.
🍁🍁🍁
untuk Renzi - 7D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar